Lihat ke Halaman Asli

Budi Prathama

Mahasiswa

Pancasila Bukan Hanya Soal Toleransi, tetapi Soal Kebahagiaan

Diperbarui: 22 Juni 2021   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : mancode.co.id

1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Banyak kalangan yang memperingatinya dengan berbagai hal, termasuk ucapan di medsos. Selain itu, diskusi juga tak kalah sedikit diadakan secara virtual.

Sebagai Philosofische Grondslag, sebuah pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara serta sebagai dasar teori menyusun suatu negara. Suatu ideologi dan pemersatu keberagaman agama, ras, suku dan budaya sehingga menjadi negara yang kaya.

Pancasila Sudah Final

Tentu perdebatan mengenai Pancasila sebagai ideologi negara adalah hal yang sudah final. Para founding father's lebih dahulu bersepakat kalau hanya ideologi Pancasila-lah yang cocok untuk bangsa Indonesia.

Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 pada sidang BPUPKI telah memberikan angin segar bahwa Pancasila adalah prinsip hidup berbangsa dan bernegara. Pada tanggal tersebut resmi ditetapkan sebagai hari lahirnya dan hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016. Usulan Bung Karno mengenai Pancasila adalah jawaban yang pas atas pertanyaan dari ketua BPUPKI Radjiman Wedyodiningrat. Kenapa Indonesia ingin Merdeka? Dan apa dasar Indonesia Merdeka?

Meskipun sebelumnya, ada juga pidato yang disampaikan oleh Muhammad Yamin dan Soepomo antara tanggal 29 dan 31 Mei 1945. Akan tetapi, pertanyaan dari ketua Radjiman Wedyodiningrat tidak menemukan jawaban yang tepat. Alhasil, saat sampai pada giliran Bung Karno berpidato, akhirnya ia mampu memberikan jawaban yang pas dengan gaya kharismatik dan penjelasan sistematis sehingga seluruh peserta sidang bersepakat dengan 5 butir sila itu sebagai sebuah dasar negara Indonesia merdeka.

Maka nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mesti menjadi pegangan hidup semua kalangan. Juga menjadi tanggung jawab semua pihak agar dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila untuk menjawab tantangan zaman. Bahwa Pancasila adalah sebuah ideologi yang dinamis, bukan hanya sebagai jargon dan museum mati. Apalagi sampai menjadikan Pancasila sebagai alat untuk melonggarkan status quo dan praktik nepotisme.

Soal nilai Pancasila tentu tidaklah diragukan lagi, namun persoalannya karena praktik penerapannya tidak memberikan solusi dalam berbagai problem sosial. Kerap kali kita mengaku pancasilais, namum tidak sesuai dalam bertindak dan berucap. Lalu artinya apa kalau begitu?

Pekerjaan Rumah

Adapun soal Pancasila yang hanya dikaitkan pada persoalan toleransi beragama, maka ia hanya dibicarakan sebagai ideologi pemersatu di atas banyaknya perbedaan. Namun, di sisi lain, terkadang melalaikan inti sarinya, yakni menyejahterakan rakyat. Dengan memberikan keadilan kepada seluruh elemen masyarakat tanpa pandang bulu dan semua mempunyai hak sama di mata hukum.

Ketimpangan mengenai penerapan nilai-nilai luhur tersebut masih menjadi PR yang besar. Problem kemiskinan, kesehatan, akses pendidikan yang tidak merata dan problem sosial lainnya masih marak terjadi di negeri Indonesia. Sehingga tidak heran juga kalau ada asumsi mengenai penerapan Pancasila hasilnya masih nol besar. Padahal sejatinya Pancasila mesti dapat menjawab cita-cita yang sesuai pada pembukaan UUD 1945.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline