Sebenarnya saya mungkin tidak begitu layak jika ingin membahas tentang materi kepenulisan. Saya tidak mempunyai kapasitas mumpuni untuk menjelaskan materi secara detail berdasarkan pada aturan dan tata cara menulis. Saya bukanlah penulis handal yang sudah dikenal banyak orang seperti seorang penulis tersohor di Indonesia yakni Pramoedya Ananta Toer. Meskipun dengan demikian, saya sebagai penulis pemula sangat ingin untuk dapat menjadi penulis hebat, menjadi penulis yang dapat menyebarkan kebermaanfaatan melalui tulisan.
Sebagai penulis pemula tentu bukan perkara mudah untuk dapat menyelesaikan tulisan dengan sekejap saja. Meskipun setiap dari kita pasti semuanya pernah menulis, apalagi menulis status di media sosial yang saya pikir pasti semuanya jago pada bidang tersebut. Tetapi, apabila ingin menulis seperti esai atau artikel, maka sering saja tidak mampu menuangkan hasil pemikiran di dalam lembar penulisan.
Aktivitas menulis adalah kegiatan mengungkapkan segala keresahan dan pemikiran di dalam suatu naskah tulisan. Dengan problem yang kompleks untuk dapat dioberasikan menjadi suatu tulisan yang enak dibaca. Dengan itulah, ketika materi atau masalah sudah menggumpal seperti daging, maka segeralah tumpahkan dengan cara menulis sampai semuanya keluar.
Makanya, kenapa ada orang yang sangat mudah dan lancar ketika menulis sebuah status di media sosial karena memang mereka menguasai materi atau masalah yang akan ditulis. Karena jika tidak mempunyai masalah yang jelas, tetapi ingin menulis biasanya cepat kehabisan bahan materi yang ujung-ujunya tulisan tidak mampu diselesaikan. Alhasil, tulisan hanya disimpan begitu saja dan tanpa diupload maka dengan itu juga tidak bisa dibaca oleh khalayak umum.
Berdasarkan pada pengalaman saya sebagai penulis pemula tentu butuh kesabaran dan konsistensi untuk terus menulis setiap saat agar dapat menghasilkan suatu karya tulisan. Karena jika tidak dengan kesabaran dan konsisten, maka keahlian menulis akan sangat sulit untuk diperoleh.
Meskipun kegiatan menulis banyak menyita tenaga, pikiran dan waktu. Tetapi, memang begitulah proses yang harus dilalui jika ingin menjadi penulis. Mungkin karena kondisi itulah, sehingga ada juga orang yang menganggap kalau menulis adalah kegiatan yang sangat menguras banyak pikiran, namun sering tidak mendapatkan imbalan material yang cukup.
Namanya juga aktivitas proses tulis menulis maka kadangkala juga menimbulkan rasa tidak mood untuk melanjutkan suatu tulisan, saya pikir itu adalah hal wajar. Atau bahkan ada yang menulis seadanya saja, padahal masih ada peluang untuk memperbaikinya. Meskipun, sebagai penulis pemula persoalan salah atau alur tulisan yang tidak jelas adalah hal wajar, tetapi janganlah terlalu menyepelekan juga proses perbaikan atau proses menyunting.
Ya, memang disadari kalau penulis pemula tentu tidak bisa langsung menghasilkan suatu tulisan yang berbobot. Akan tetapi, sebagai penulis pemula tentu tidak boleh juga menulis seadanya saja. Mestinya tulisan diperbaiki selagi masih bisa diperbaiki, janganlah merasa bodoh amat terhadap tulisan padahal kita mengetahui bahwa masih ada yang bisa diperbaiki.
Menulis sangatlah penting, dengan menulis cepat dan menulis terus-menerus akan menjadi kunci dalam proses menulis. Namun, dalam proses menulis itu, menyunting juga sangat penting. Sama halnya menulis yang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi, maka dengan itu menyunting juga butuh kesabaran.
Walaupun saya sadar kalau materi persoalan sunting-menyunting bukanlah hak saya untuk menjelaskannya. Emangnya saya siapa sih, boro-boro banyak bicara tentang kepenulisan dan penyuntingan, saya ini bukan redaktur dan sang editor lho. Tetapi dalam pengalaman saya bahwa menulis memang penting dan menyunting juga tidak kalah penting.
Saat saya selesai menulis, dan apabila sudah masuk pada proses penyuntingan ternyata juga banyak menguras pikiran. Dengan bolak-balik membaca tulisan hasil revisi adalah hal mutlak untuk dilakukan. Sehingga saya katakan bahwa menyunting tulisan sebelum dikirim di media penerbitan juga sangat penting dilakukan seorang penulis.