Mempunyai rumah yang mewah adalah impian untuk semua orang. Rumah sebagai tempat tinggal bersama dengan orang-orang tercinta dan juga tempat beristirahat dalam menenangkan pikiran. Dari sekian banyak jenis dan beragamnya rumah tentu memiliki ciri khas sebagai identitasnya. Model-model rumah itulah yang mencerminkan keindahan entah itu rumah kayu atau pun rumah batu.
Dari rumah tersebut tentu akan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, yang dimana hal itu bisa saja mendatangkan kenikmatan atau pun malapetaka.
Seperti halnya bencana alam yang seakan terjadi tiap tahunnya di negeri kita ini, dan itu dapat kita saksikan betapa dahsyatnya gempa bumi yang baru-baru ini melangsungkan aksinya di Sulawesi Barat. Sungguh kejadian yang sangat mengerikan, sehingga banyak korban jiwa apalagi korban harta benda. Lalu dapat menimbulkan sikap traumatis yang merusak tumbuh kembangnya hidup masyarakat dan itu akan menjadi memori ingatan setiap saat.
Sebenarnya, bukan hanya daerah Sulawesi Barat dengan bencana yang mengerikan itu, tetapi semua daerah yang telah tertimpah bencana jelas akan menjadi pelajaran bagaimana seharusnya dapat memperbaiki pola hidup. Untuk itulah saya sendiri telah belajar dari bencana gempa Sulawesi Barat betapa banyak kerugian yang terjadi. Mengapa, karena memang saya tinggal di daerah tersebut.
Oleh karena kejadian itulah sangat menekankan betapa berisikonya mempunyai rumah batu saat gempa menyerang. Potensi kehancuran sangat besar, dengan sekilas saja rumah itu dapat rata dan melebur dengan tanah. Begitulah resikonya rumah batu karena memang bahannya terbuat dari batu dan campuran beton. Makanya janganlah heran.
Betapa sulitnya membayangkan dan tidak enaknya mempunyai rumah batu saat ada bencana gempa. Bayangkan saja dari pengalaman pada bencana gempa yang menimpah Sulawesi Barat baru-baru ini, banyak rumah batu hancur jika dibanding dengan rumah kayu. Kerusakan pada rumah batu juga berakibat fatal pada kerusakan barang-barang lain, bahkan itu jugalah yang menelan korban jiwa. Sehingga kondisi tersebut telah memberikan sinyal yang kuat betapa berbahayanya mempunyai rumah batu pada saat terjadi bencana gempa.
Makanya untuk saat ini masyarakat korban gempa justru banyak yang pengen membuat rumah kayu. Bukan hanya korban sih, tetapi mereka juga yang bisa menyaksikan kejadian tersebut meskipun dari jarak yang jauh. Padahal, secara tidak sadar para pendahulu kita telah memberikan pelajaran berharga ketika ingin membuat rumah.
Khususnya untuk daerah Mandar sendiri sebagai tempat tinggal saya. Walaupun untuk jaman sekarang sulit lagi dijumpai untuk daerah perkotaannya, beda halnya di daerah pelosok. Faktanya orang-orang terdahulu jika ingin atau baru memulai membuat rumah mereka tidak ingin membuat rumah batu. Entah karena sudah memang dipikirkan dampak yang terjadi ketika terjadi gempa atau bahkan kurangnya barang pasokan pembuatan rumah batu. Tapi entahlah, yang pastinya para pendahulu sudah memberikan contoh terbaik.
Selain itu, budaya masyarakat juga sangat mempengaruhi untuk berada pada fase setara dengan anggota yang lain sebelum jaman global terlalu dalam melanda. Beda halnya kondisi sekarang, lihat saja bangunan atau pun rumah rata-rata membuat rumah batu. Bukan hanya daerah perkotaan, bahkan daerah pelosok pun juga sudah banyak yang terjadi.
Akan tetapi, atas kejadian bencana gempa yang melanda justru banyak juga yang berpikir ulang untuk tidak membuat rumah batu lagi. Traumatis yang melanda sehingga timbul kesadaran betapa para pendahulu telah menaruh pelajaran berharga, namun itu tidak pernah disadari dan bahkan itu terkadang dilupakan.