Lihat ke Halaman Asli

Budi Permana

Guru, Pegiat Pendidikan dan pemerhati Sejarah. Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Terbuka

Jejak Langkah Kolonialisme di Indonesia

Diperbarui: 13 Februari 2024   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar kondisi Pemerintahan Hindia Belanda, sumber foto: shutterstock.co

Jejak Langkah Kolonialisme di Indonesia

Jejak kolonialisme di Indonesia adalah cermin dari perjalanan sejarah yang panjang, kompleks, dan penuh perubahan. Dengan dimulai dari kedatangan bangsa Eropa di kepulauan Nusantara, perjalanan kolonialisme ini telah membentuk wajah dan jiwa bangsa Indonesia hingga hari ini. Bab ini akan menggali lebih dalam tentang evolusi dan dampak jejak kolonialisme yang telah menyentuh setiap aspek kehidupan di tanah air ini. 

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Perusahaan Hindia Timur Belanda, menjadi pelaku kolonialisme yang dominan di Indonesia. Didirikan pada tahun 1602, VOC bertujuan untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah yang sangat bernilai di kepulauan ini. Mereka mendirikan pos-pos perdagangan, menguasai jalur perdagangan, dan memanipulasi ekonomi lokal. Sistem monopoli dan tanam paksa menjadi instrumen yang digunakan VOC untuk mengambil alih kekayaan alam dan sumber daya manusia.   

Pada awal abad ke-16, Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang memulai perjalanan perdagangan ke arah Timur. Dengan tekad dan semangat penjelajahan, mereka mencari rute perdagangan baru yang bisa menghubungkan Eropa dengan sumber-sumber rempah-rempah yang sangat bernilai di Indonesia. Pada tahun 1511, di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque, Portugis berhasil merebut Malaka dari tangan Kerajaan Malaka, menguasai jalur perdagangan utama di wilayah tersebut. Ini menjadi awal dari pengaruh Portugis di Asia Tenggara. Tidak jauh berbeda, Spanyol juga melakukan penjelajahan ke arah timur. 

Pada tahun 1521, ekspedisi yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan tiba di kepulauan Maluku. Meskipun Magellan sendiri tewas dalam perjalanan tersebut, peristiwa ini membuka pintu bagi pengaruh Spanyol di wilayah tersebut. Spanyol mengklaim sejumlah pulau di Maluku dan mulai mendirikan hubungan dagang dengan penduduk setempat. 

Kehadiran bangsa Portugis dan Spanyol di wilayah Indonesia tidak selalu damai. Keduanya berlomba-lomba untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dan mengendalikan jalur perdagangan yang menghubungkan Asia dan Eropa. Persaingan ini sering kali berujung pada konflik dan pertempuran di laut dan darat antara kedua kekuatan kolonial ini. Perkembangan ini tidak hanya memengaruhi hubungan antara bangsa Eropa, tetapi juga berdampak pada pola perdagangan dan politik di wilayah Indonesia.

ilustrasi perusahaan dagang milik pemerintah Hindia Belanda, Sumber foto: shutterstock.com

Jejak kolonialisme juga mencakup transformasi dalam sistem pemerintahan. VOC dan kemudian pemerintah kolonial Belanda mempengaruhi struktur pemerintahan di Indonesia. Pemimpin lokal ditempatkan di bawah pengawasan Belanda, dan model pemerintahan otonom ditekan demi menjaga kontrol Belanda atas wilayah ini. 

Sistem hukum, administrasi, dan birokrasi pun berubah sesuai dengan kepentingan penjajah. Namun, jejak kolonialisme juga dipenuhi dengan perlawanan dan perjuangan dari masyarakat pribumi. Berbagai pemberontakan, seperti Pemberontakan Diponegoro (1825-1830) dan Pemberontakan Banten (1888-1889), menjadi bukti semangat perlawanan terhadap penindasan kolonial. Pemimpin-pemimpin lokal dan rakyat biasa berjuang untuk mempertahankan kehormatan dan kemerdekaan mereka.

ilustrasi kegiatan perdagangan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Sumber foto: shutterstock.com 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline