Lihat ke Halaman Asli

Topik 120: Lahir Tanpa Nyeri

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat melahirkan terasa nyeri pd daerah panggul, perut depan dan pinggang. Hal ini terjd krn kontraksi rahim menimbulkan efek hipoksia (kurang oksigen) pd rahim shg nyeri dan adanya regangan mulut rahim yg membuka shg bayi bisa keluar  serta tertekannya syaraf di rongga panggul.

Jadi nyeri pd persalinan adalah proses alamiah, namun pd org ttt yg ambang nyerinya rendah mk rasa nyeri "yg normal" itu dpt menimbulkan nyeri hebat yg menyengsarakan. shg memerlukan pertolongan tuk mengurangi nyerinya.

Dgn kemajuan teknologi kedokteran, sekarang terdpt berbagai teknik tuk mengurangi rasa nyeri persalinan yg disebut painless labor. Termasuk di dlmnya teknik epidural dan ILA. Kedua teknik ini memasukan cairan obat anestetik lewat belakang punggung (spt pd operasi sesar) yg biasanya dilakukan oleh dr. Spesialis anestesi.

ILA mempunyai waktu anestetik yg lebih pendek, jk timbul nyeri lg mk akan disuntikkan kembali obat yg sama. Untuk persalinan yg memerlukan waktu yg lebih lama, mk disarankan memakai teknik epidural, yg pemberian obatnya dpt diberikan secara kontinous atau intermiten berulang sampai bayi lahir.

Pemberian anestesi ini menimbulkan hilangnya sensasi mengedan shg selama proses persalinan kala 2 (pembukaan lengkap) sang ibu harus dikomandoi oleh dokternya kapan saatnya tuk mengedan bersamaan dgn timbulnya kontraksi (his).

Painless labor menjd alternatif pilihan bagi ibu yg tdk ingin sakit saat persalinan, shg dpt melahirkan sambil tersenyum. Shg bukan alasan lg utk minta operasi hanya karena takut sakit melahirkan.

“Anda Bertanya Dr. BJ Menjawab”
di Dr. BJ Education Club via BBM  28EF8EB6  yang boleh diakses siapa saja.  (gratis fitur 1), khusus kebidanan dan kandungan.
My twitter @dokterbj

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline