Lihat ke Halaman Asli

Topik 121 : Persalinan Pervaginam Pd Bekas Seksio Sesaria

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pasien bertanya boleh tdk doc, bekas operasi sesar (sc) lalu lahir normal (per V)?

Once a cesarean, always a cesarean, adl motto yg dianut ahli kebidanan bbrp waktu lampau, akibat takut terjd robekan rahim pd parut bekas sesar (sc).

Keberhasilan persalinan pervaginam pd bekas sc th 1980 dilaporkan 67% , th 84 meningkat jd 86% yg berhasil. Keberhasilan akan meningkat jk sc yg dulu krn letak bokong, gawat janin atau krn perdarahan, bukan krn CPD (cephalopelvic disproporsi / panggul sempit).

Yg masih mungkin lahir normal adalah yg (1) baru sc 1x, (2) operasinya transversal pd SBU / rahim (jk insisinya vertikal mk tdk boleh lahir perV, jk tdk diketahui riwayat sebelumnya, sebaiknya di sc saja), (3) tdk ada komplikasi pasca operasi sebelumnya, (4) kehamilan sekarang bisa lahir normal (tdk makrosomia / besar bayi, malposisi, kembar, atau ada indikasi /alasan lainnya shg tdk boleh pervaginam)

NAMUN, resiko lahir per V pd bekas SC, harus diinformasikan ke pasien dan kemungkinan resiko ini harus bisa diterima meliputi kemungkinan robeknya bekas operasi shg timbul perdarahan yg saat itu jg harus dioperasi cito, bisa kehilangan bayi bahkan juga nyawa ibu, dan ada kemungkinan diperlukannya angkat rahim. Jk penjelasan sudah diberikan, ibu dan suami setuju dan mengerti kemungkinan resikonya, mk dpt dilakukan upaya lahir per V pd bekas sc.

Ctt: seharusnya bekas sc lahir di rumah sakit yg kamar operasinya siap tuk operasi dlm waktu singkat, krn jk tdk siap mk resiko janin dan ibu makin besar.

Semoga bermanfaat

“Anda Bertanya Dr. BJ Menjawab”
di Dr. BJ Education Club via BBM  28EF8EB6  yang boleh diakses siapa saja.  (gratis fitur 1), khusus kebidanan dan kandungan.
My twitter @dokterbj

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline