Lihat ke Halaman Asli

Budiman Hakim

TERVERIFIKASI

Begitulah kira-kira

"Namaku Yoyo"

Diperbarui: 15 September 2020   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pic from Yoyo's IG

Hari ini saya baru saja menyelesaikan membaca sebuah buku biografi. Terus terang saya sangat terkesan membaca cerita dalam buku ini. Saya bukan tipe orang yang mudah terharu tapi kali ini saya sampe mewek dengan air mata berlinang. Buat saya ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah saya baca seumur hidup saya.

Tokoh utamanya bernama Yoyo. Seorang perempuan dengan etnis chinese. Seorang penggila buku. Beragama Budha. Ketika kuliah di Amerika, dia menyewa apartemen kecil bersama pacarnya untuk berhemat. Tanpa diduga dia hamil dan pacarnya menolak bertanggung jawab dengan alasan belom siap menjadi bapak. Pacarnya menganjurkan untuk melakukan aborsi namun Yoyo menolak.

Dia meninggalkan pacarnya supaya dia mampu meneruskan kuliahnya. Yoyo memutuskan untuk memelihara anaknya sendirian. Jadilah dia seorang single parent. Anaknya terlahir autis sekaligus indigo. Untuk menghidupi dirinya, dia bekerja sebagai tour leader, mengantar  turis-turis Indonesia ke negara-negara Eropa.

Jangan mengira buku ini berkisah ini tentang menjual kesedihan. Jauh sekali kalo kalian mengira demikian. Justru buku ini bercerita bagaimana seorang Yoyo yang begitu lemah lembut namun di saat yang sama begitu tangguh dalam menghadapi hidup. Prinsip-prinsip hidupnya sering tidak sejalan dengan niai-nilai kehidupan pada umumnya tapi dipegangnya sangat kuat.  

Saya belum pernah membaca cerita yang penuh dimensi seperti buku ini. Dengan kepiawaiannya menulis, kita dibawa oleh Yoyo menyusuri sungai Seine di Paris, kita diajaknya ke kampung nelayan, Volendam, Belanda. Bahkan kita juga diantar olehnya berjalan-jalan di puncak gunung Titlis, Switzerland. Caranya bercerita membuat kita seakan adalah turis yang sedang berada di sampingnya. Lalu Sang Tour leader ini, dengan sabar bercerita tentang keunikan tempat-tempat yang kita kunjungi.

Ada banyak sekali emotional moment yang membuat saya tidak bisa melepaskan buku ini. Akhirnya saya membacanya sampai selesai tanpa ada jeda sama sekali. Padahal bukunya lumayan tebal, persisnya 327 halaman. Salah satu emotional moment yang paling saya suka dan membuat saya terharu adalah di bagian ini. https://thewriters.id/orang-orang-aneh-berdatangan.

Saya menganjurkan pada semua orang untuk membaca buku ini. Kenapa? Sebuah buku yang bagus harus memenuhi 4 kriteria. Pertama, buku itu mampu memicu pembacanya untuk berpikir. 2. Buku tersebut mampu mengajak kita berimajinasi. 3. Buku itu memberi informasi yang bermanfaat. 4. Buku itu juga memberi pembelajaran hidup. Dan hebatnya 4 hal tersebut dapat kita temukan dalam buku ini.

Yoyo adalah seorang peserta Kelas Penulisan, The Writers, Batch 1. Terus terang saya sangat malu pernah menjadi gurunya. Setelah membaca buku "Namaku Yoyo" ini, percayalah, kepiawaiannya menulis sangat jauh di atas saya. God bless you, Yoyoku!

Buat yang berminat baca, silakan kontak ke 0856 294 3773. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline