Di salah satu adegan film Bohemian Rhapsody, ada momen yang saya suka, yaitu ketika Brian May ngusulin lagu 'We will rock you' pada rekan-rekannya. Di sana Brian mempunyai ide untuk mengajak para penonton menghentakkan kaki bersama-sama lalu disusul dengan tepukan tangan di atas kepala. Brian mengatakan penting buat semua anggota band untuk berinteraksi dengan penonton. Kenapa saya suka adegan itu? Kata kuncinya ada di 'Interaksi'. Karena itulah sebenernya hakikat kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh seorang Antropolog, Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri. Jadi sebagai makhluk sosial, manusia butuh bersosialisasi. Bersosialisasi itu tentu saja adalah dengan cara saling berinteraksi satu sama lain. Jadi berinteraksi adalah insight manusia yang paling hakiki.
Itu sebabnya program-program di radio yang disukai biasanya adalah yang memberi kesempatan para pendengar untuk menelpon penyiarnya. Entah minta lagu, curhat, wawancara atau sekedar menjawab quiz. Intinya adalah 'interaksi' sangat mengambil peran.
Demikian juga dengan acara-acara di stasiun TV Swalsta. Mereka sering menghadirkan penonton di studio agar sedikit banyak terjadi interaksi dua arah. Penonton di rumah bisa merasakan interaksi yang terjadi di layar kaca, sayangnya mereka tetap saja statis karena tidak bisa berpartisipasi langsung.
Ketika internet ditemukan, kenapa semua orang langsung heboh? Kenapa internet langsung booming? Karena internet adalah satu-satunya media yang mampu memenuhi semua kebutuhan itu. Social media adalah media 2 arah yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi secara mudah, murah, cepat dan massif. Semua orang tidak hanya menjadi penonton. Mereka juga bertindak sebagai partisipan. Dan ini tidak bisa dilakukan di media 1 arah seperti TV, radio, koran, majalah dll.
Pertanyaan selanjutnya adalah interaksi seperti apa? Intinya interaksi itu adalah bagaimana kita berbagi. Bukan cuma berbagi informasi tapi berbagi kebaikan. Berbagi ketulusan. Berbagi pengetahuan. Jadi syukurilah keberadaan social media, karena kita mendapat kesempatan untuk berbagi. Kita mendapat fasilitas untuk menyampaikan sendiri informasi yang positif.
Di situlah hakikat kehidupan berinteraksi. Di situlah hakikat berbagi. Namun perlu digarisbawahi bahwa berbagi sesuatu yang positif saja tidak cukup. Kita perlu menyebar informasi positif sebanyak-banyaknya sehingga menjadi gelombang yang besar. Gelombang besar itu pada gilirannya akan membuat informasi negatif tersingkir.
Hati-hatilah terhadap setan. Mereka tidak jemu-jemunya mempengaruhi kita untuk berbagi informasi negatif, hoax, kebohongan dan fitnah. Alhamdulillahnya Tuhan itu memang maha baik. Dia membekali kita dengan otak untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan otak, kita bisa menentukan mana info positif dan mana info negatif. Kalo dapet kiriman info negatif, kita gak perlu menyebarkannya. Kalo infonya positif kita harus membaginya ke seluruh temen yang mengenal kita.
Sayangnya, setan itu penggoda yang canggih. Cukup banyak manusia yang terpengaruh setan. Kenapa bisa begitu? Karena segala keburukan ketika dibungkus dengan label agama membuat orang sulit membedakannya. Mereka langsung percaya. Mereka mayakininya secara membabi buta. Apakah mereka bodoh? Bukan. Mereka sama sekali tidak bodoh! Mereka hanya malas menggunakan otaknya.
Okay! Orang lain boleh terpengaruh setan tapi kita tidak. Kita manusia ciptaan Allah. Hakikat kita sebagai manusia adalah berbagi kebaikan. Kita telah dibekali otak olehNya. Syukurilah hadiah itu. Bagaimana caranya? Sederhana, kita jangan malas menggunakan otak kita. Otak adalah hadiah terindah dari Allah. Manfaatkanlah semaksimal mungkin. Dengan cara demikian insya Allah kita akan selalu mampu berbagi kebaikan. Aamiin.
Sekarang kita nyanyi, yuk! "We will...we will... rock you!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H