Secara Etimologi
Peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan.
Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental dan pikiran.
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka perlu bimbingan dan pengarahan yang konsisten dan berkesinambungan menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Peserta didik tidak hanya sebagai objek atau sasaran pendidikan tetapi juga sebagai subyek pendidikan, diperlakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran. Peserta didik juga dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan (ilmu), bimbingan dan pengarahan dari guru dan orang-orang di sekitarnya.[1]
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Dalam bahasa Arab, peserta didik dikenal dengan istilah tilmidz - (sering digunakan untuk menunjukkan peserta didik tingkat sekolah dasar) dan thalib al-ilm - (orang yang menuntut ilmu dan biasa digunakan untuk tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah Lanjutan Pertama dan Atas serta Perguruaan tinggi). Sedangkan dalam istilah tasawuf peserta didik disebut dengan murid () atau thalib (). Secara etimologi murid berarti orang yang menghendaki.
Secara Terminologi
Sedangkan menurut arti terminologi murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang spiritual (mursyid). Sedangkan terminologi thalib secara bahasa orang yang mencari. Sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, di mana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.[2]
Sedangkan dalam istilah halaqah tarbiyah biasa menggunakan kata mutarabbi (). Mutarabbi merupakan istilah untuk menyebut orang-orang yang ikut dalam kelompok tarbiyah islamiyah dalam kedudukannya sebagai orang yang dibina. Kata lain untuk menyebut mutarabbi adalah mentee, binaan, anggota dan mad'u.
Secara umum, tujuan mutarabbi memutuskan untuk mengikuti program tarbiyah adalah untuk berproses menjadikan diri sebagai individu yang berkarakter islami dan memiliki keluarga kecil sebagai tempat berbagi dan membantu menyelesaikan persoalan hidup.
Sedangkan dalam pendidikan pesantren dikenal istilah santri. Asal-usul perkataan santri setidaknya ada 2 pendapat yang dapat dijadikan rujukan. Pertama santri berasal dari kata "Santri" dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf. Kedua, kata santri yang berasal dari bahasa Jawa "Cantrik" yang berarti seseorang yang mengikuti seorang guru kemanapun pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar suatu keilmuan kepadanya.
Pengertian ini senada dengan pengertian santri secara umum, yakni orang yang belajar agama Islam dan mendalami agama Islam di sebuah pesantrian (pesantren) yang menjadi tempat belajar bagi para santri.[3]