Lihat ke Halaman Asli

Budiman

Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadis

Diperbarui: 4 November 2022   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bentuk-bentuk periwayatan hadis

Melanjutkan tulisan sebelumnya Definisi Periwayatan Hadis, pada artikel kali ini akan dibahas mengenai bentuk-bentuk periwayatan hadis. Ada dua bentuk periwayatan yakni periwayatan dengan lafaz (riwayah bil lafzi) dan periwayatan dengan makna (riwayah bil ma'na). 

Riwayat dengan Lafadz

Periwayatan hadis dengan lafaz, maksudnya periwayatan hadis seorang perawi sesuai dengan lafaz (redaksi) yang dia terima dari orang yang menyampaikan hadis kepadanya, tanpa ada modifikasi sedikitpun. Periwayatan dengan cara ini menurut kesepakatan para ulama adalah cara periwayatan yang paling baik dan paling tinggi nilainya. Karena cara tersebut lebih menjamin kemurnian dan keutuhan makna hadis.

Hadis Nabi yang kemungkinkan diriwayatkan dengan lafaz oleh para sahabat sebagai saksi pertama, hanya hadis qauliyah, yakni hadis-hadis berupa ucapan Nabi. Adapun hadis-hadis fi'liyah dan taqrriyah kemungkinan besar hanya bisa diriwayatkan secara makna, sedangkan redaksinya diungkapkan oleh sahabat yang meriwayatkannya sesuai kadar pemahamannya. Begitu pula hadis yang berbentuk qauliyah juga tidak semuanya bisa diriwayatkan dengan lafaz. Penyebab sulitnya periwayatan secara lafaz bukan hanya karena tidak mungkin seluruh sabda Nabi itu dihafal secara harfiah, melainkan juga karena kemampuan hafalan dan kecerdasan para sahabat Nabi berbeda-beda.[1]

Meski mustahil seluruh sabda Nabi bisa dihafal, tetapi tidak berarti bahwa tidak ada sabda Nabi yang berhasil dihafal oleh para sahabat dan kemudian diriwayatkan secara harfiah. Contoh sahabat Nabi yang bersungguh-sungguh menghafal hadis Nabi secara lafaz adalah Abdullah ibn Umar ibn Khattab. Hal ini mengisyaratkan adanya sabda Nabi yang diriwayatkan secara lafaz.[2]

Perlu diketahui beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa para sahabat dapat menghafal dan meriwayatkan sabda Nabi secara harfiah, sebagai berikut:[3]

  1. Nabi begitu fasih ketika berbicara dan beliau selalu berusaha menyesuaikan sabdanya dengan bahasa (dialek), kemampuan intelektual dan latar belakang budaya pendengarnya. 

  2. Tak jarang Nabi menyampaikan sabda tertentu dengan mengulang hingga dua atau tiga kali sebagai penegasan.

  3. Ada banyak sabda Nabi yang disampaikan dalam berbentuk jawmi' al-kalim (ungkapan yang pendek redaksinya tetapi sarat makna).

  4. Di antara sabda Nabi yang disampaikan, ada yang berbentuk lantunan doa, ungkapan zikir dan bacaan tertentu dalam ibadah.

  5. Orang-orang Arab telah dikenal sejak dahulu sampai sekarang sangat kuat hafalannya.

Riwayat dengan Makna

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline