Tetapi Nixon bukan seorang bernaluri damai. Ia meningkatkan perang, meluaskannya hampir ke seluruh dataran Indochina (Laos dan Kamboja). Inilah hal yang tidak sah. Perang hanya bisa diputuskan oleh Kongres. Tetapi Nixon punya hitung-hitungan, jika hal ini tidak mendatangkan kemenangan yang dijanjikan Pentagon kepadanya, Vietnam bisa digiring ke meja negosiasi.
Untuk menerapkan kebijakan yang begitu "clandestine" (kegitan-kegiatan terselubung) di bawah mata pihak Pesisir Timur, memang membutuhkan kerahasiaan yang begitu ketat. Ada sedikit orang saja di Washington yang bisa ia percayai. Nixon "membentengi" dirinya dengan orang-orang luar lainnya, orang-orang yang tidak memegang kedudukan publik dan tidak punya gagasan politik selain memperoleh kekuasaan semata-mata.
Haldeman, seorang mantan PR (humas), menjadi staf Gedung Putih, yang mengendalikan jalan masuk ke Presiden. Mantan mitra hukum Nixon dan manajer kampanyenya tahun 1968, John Mitchell, menjadi Jaksa Agung. Seorang humas lainnya, dan seorang teman Haldeman, John Ehrlichman, menjadi Asisten untuk Urusan Domestik.
Nixon paling peka merasakan bahaya, bahwa akan terjadi perpisahan di dalam negeri karena oposisi makin menekan terhadap penghentian perang Vietnam. Tetapi ia juga tidak percaya sekutu yang baik seperti Direktur FBI, J.Edgar Hoover (tokoh legendaris penangkapan mafia Al Capone, melalui tim polisi anti korup pimpinan Elliot Ness), dan mencoba memecatnya lebih dari sekali. Hoover telah menjadi direktur FBI sejak 1920-an. Ia mempunyai basis kekuasaan dan sulit digeser. Nixon melihat Hoover layaknya kompetitor dan sebuah ancaman.
Lebih dari itu, Nixon mencurigai CIA, karena ia melihat badan ini sebagai turunan kaum cendikiawan Pesisir Timur dan sejarahnya "ombang-ambing" dengan musuh-musuh Amerika. Ia mendirikan badan intelejen pribadinya sendiri, hanya bertanggung jawab kepada Gedung Putih. Kemudian masih ada kaum Demokrat. Di tahun 1970-1971, ia mendirikan beberapa proyek untuk "menguping" lawan-lawan politiknya dan mengawasi pers.
Pertentangan terhadap perang memasuki titik kulminasi, di bulan Juni 1971, New York Times menerbitkan "berkas-berkas Pentagon" (Pentagon Files). Inilah rahasia perang Vietnam yang paling menggegerkan dan "merusak" performa AS, terutama serbuan tidak sah Nixon ke Laos dan Kamboja. Sumbernya adalah Daniel Ellsberg, seorang mantan analis intelijen Pentagon.
Tanggapan Nixon adalah mendirikan badan investigasi khusus yang merupakan badan investigasi "tandingan", untuk membungkam Ellsberg, Nixon menugaskan Ehrlichman dan deputinya Egil Krogh Jr menjalani unit itu dari Ruangan 216 dalam kantor Eksekutif di sebelah Gedung Putih. Stafnya kurang lebih 50 orang. Orang-orang senior temasuk pengacara staf Penasihat Keamanan Nasional, David Young, dan penasehat khusus dan pelaksana Nixon sendiri, Charles Colson.
Colson mempekerjakan E.Howard Hunt, seorang mantan CIA yang pernah terlibat dalam invasi Teluk Babi, Kuba. Ia didampingi oleh mantan agen FBI dan asisten jaksa wilayah G.Gordon Liddy. Sasaran utama mereka adalah memfitnah Ellsberg. Pada September 1971, Hunt dan Liddy menjaga sementara tiga dari agen-agen Hunt berkebangsaan Kuba menerobos masuk ke kantor psikiater Ellsberg.
Liddy jelas merupakan orang bisa diandalkan. Jadi pada bulan Desember 1971, penasehat Gedung Putih, John Dean memilih dia untuk bekerja di bawah John Mitchell dan Jed Magruder di Komite Pencalonan Kembali Presiden (Commitee to Re-elect the President) atau CREEP. dalam prokem Amerika 'creep' berarti orang yang menjijikkan. Entah kenapa bisa menjadi sebuah kebetulan.
Posisi Liddy di CREEP adalah Penasehat Umum, tetapi pekerjaannya "mengumpulkan intelijen politik". Pada tanggal 27 Januari 1972, ia menguraikan sebuah rencana yang disebut "Operation Gemstone" kepada Mitchell, Magruder dan Dean. Di pemilihan yang berikut, ia bermaksud untuk mengoperasikan kampanye sabotase, pemerasan, penculikan, pencurian dan pengawasan elektronis (penyadapan).
Nilainya mencapai USD 1 juta!