Lihat ke Halaman Asli

Jika Anda Mengambil Arah yang Salah, Tuhan Mengizinkan Anda untuk Memutar Arah

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

Harus sama-sama kita yakini,bahwa apa yang terjadi di negeri ini sudah sangat “menjemukan”. Pemerintahan yang jelas sudah lewat 100 Hari, tapi hasilnya, program-program yang didengungkan tak satupun yang menyentuh hati rakyat.

Malah, tanggal 28 Januari kemarin, tepat 100 Hari pemerintahan, diisukan lagi, lagi-lagi isu, akan ada kerusuhan besar, ribut-ribut di seluruh negeri.

Nyatanya, nggak ada sama sekali apa-apa. Jakarta adem-adem aja, orang bekerja seperti biasa, kernet angkutan kota masih teriak-teriak cari penumpang, motor masih ribuan unit keluar dari rumah, orang masih cari nafkah seperti biasa.

Bahkan, seorang pedagang koran yang saya temui, mengatakan “Sudah biasalah bang. Tak ada apa-apa itu, hanya takutnya orang-orang di atas itu” (dengan logat Batak yang begitu kental).

Ucapan yang polos, los..los..tapi berusaha untuk kritis juga. Pedagang yang berusaha sendiri, dari pagi buta sampai malam hari, tak ada subsidi, tak ada lencana juga di dadanya, tapi dia mengkontribusikan dirinya yang bukan pengangguran, tapi entrepreneurship sejati. Tidak pernah dalam fikirannya, menilap uang rakyat, karena memang nggak ada hubungannya kesana. Dia hanya butuh daya beli orang yang semakin meningkat, dengan berjalannya pemerintahan yang baik dan negeri yang aman. Bukan negeri yang padat rumors tapi miskin kredibilitas.

Buat pemerintahan yang ada, pesan saya sebagai rakyat kebanyakan adalah ; Jika Anda Mengambil Arah yang Salah, Tuhan Mengizinkan untuk Memutar Arah.

Jika apa yang anda lakukan tidak berkenan di hati rakyat, cepatlah tanggap, karena rakyat sebenarnya mahluk yang paling sabar, bersedia dipimpin siapapun tanpa melihat siapa diri pemimpinnya. Bersedia diperintah siapapun, tanpa mencai-cari apa perintah itu.

Jika apa yang anda lakukan ternyata menyalahi amanah rakyat, cepatlah bersikap, akui, jujurlah, jangan berputar-putar, karena rakyat tidak suka dirinya dipermainkan, walaupun dia tahu apa yang terjadi selama ini adalah permainan.

Jika yang anda lakukan menyakiti rakyat, obatilah, dengan tindakan ksatria, karena rakyat pasti menghargai anda di tahun-tahun yang akan datang, tanpa pernah ingat lagi kesalahan yang anda buat.

Bagi pemimpin-pemimpin negeri ini, cepatlah bersikap. Karena dengan mempermainkan hati banyak orang, maka makin muak orang melihatnya, dan orang tidak pernah memandang anda sebagai pemimpin, tapi dipandang sebagai orang yang hanya menghabiskan waktu dan uang mereka.

Mudah-mudahan ini penjadi pencerahan.

Tuhan Maha Baik, dan cepat-cepatlah para pemimpin memutar ke arah yang lebih bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline