Lihat ke Halaman Asli

Senja Gaduh di Semenanjung Korea

Diperbarui: 8 Maret 2016   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    

Menjadi primadona di dunia musik dan digandrungi muda-mudi dunia, bukan jaminan bahwa Korea Selatan hidup tenang menikmati popularitas yang didulang K-Pop di kancah Internasional. Negara dengan nama resmi Republic of Korea ini belum bisa “tidur nyenyak” dan merasa aman di Semenanjung Korea.

Berseteru dengan tetangga memang sangat merepotkan. Korea Selatan masih saja belum bisa berdamai dengan Korea Utara. Korea Utara yang menjadi negara bebal dan tak mau dengar nasehat dari negara-negara lain termasuk PBB, terus melakukan aktifitas-aktifitas yang mengganggu ketenangan tetangganya, Korsel. Hal ini pula yang membuat Paman Sam, setia menemani Korsel dan bersama-sama berusaha menciptakan perdamaian di kawasan Semenanjung Korea dengan versi interpretasinya sendiri.

Sejarah menjelaskan, awal mula “kekerabatan” Korsel – AS dimulai pada tahun 1959 ketika ditandatanganinya Mutual Defense USA-ROK yang pada saat itu dibentuk untuk membendung invasi lanjutan Korea Utara ke Korea Selatan, serta untuk menangkal kemungkinan terjadinya Perang Korea jilid dua. Setidaknya, dengan kehadiran pangkalan militer AS di Semenanjung Korea diharapkan bisa membuat Korea Utara berpikir dua kali dalam melakukan manuver militer.

Dari perspektif Amerika Serikat sebagai “polisi dunia”, Amerika Serikat merasa memiliki tanggung jawab besar dalam memelihara perdamaian dunia di belahan dunia manapun, hal yang hanya dapat dilakukan negara besar seperti AS. Eksistensi Pangkalan Militer Asing Amerika Serikat di Korea Selatan menjadi bukti nyata akan hal itu. Sekitar 28.500 pasukan AS ditempatkan disana dan senantiasa siap tempur membantu Korsel jika kondisi regional memanas pada masa yang tak terduga.

Korea Utara tidak tinggal diam dan merespon kehadiran pangkalan militer asing AS di Semenanjung Korea beberapa dekade belakangan ini. Korea Utara menunjukkan kebebalannya melalui kegiatan proliferasi senjata nuklir terus dilakukan di negara tersebut. Manuver terbaru dari Korut awal tahun ini adalah meluncurkan roket yang diklaimnya hanya untuk menerbangkan satelit dan mengorbit bumi, namun Korsel dan negara tetangga menuduh Korut tengah melakukan uji coba roket jarak jauh yang bisa digunakan untuk serangan bom nuklir. Hal ini direspon cepat oleh koalisi Korsel – AS dengan mengagendakan latihan gabungan militer tahunan selama dua bulan lamanya dan diyakini jauh lebih masif dari latihan-latihan gabungan sebelumnya.

Senin kemarin (07/03) latihan ini dilaksanakan dan mengikutsertakan kurang lebih 17.000 personel militer AS dan 290.000 personel militer Korsel. Tidak hanya sampai disitu, AS juga menurunkan brigade tempur udara ke Korsel untuk latihan manuver. AS juga mengerahkan brigade marinir, kapal induk, kapal selam bertenaga nuklir dan tanker udara untuk pengisian bahan bakar jet tempur.

Untuk menyempurnakan provokasi tandingan Korsel terhadap Korut, latgab militer AS-Korsel ini mensimulasikan kondisi reaksi pasca perang Korea, operasi di dalam dan sekitar Pyogyang, serta perebutan fasilitas kunci yang terletak jauh di dalam Korut.

Reaksi Korut tidak mengejutkan, Korut menuding latgab militer ini adalah sebuah rangkaian latihan militer AS-Korsel untuk menginvasi Korut. Melalui Komisi Pertahanan Korut mengatakan, tentara dan rakyat Korut tidak akan tinggal diam terkait aksi provokasi kedua negara tersebut yang telah mengancam kedaulatan Korea Utara. Pihak lain yang juga turut angkat bicara yakni Tiongkok. Tiongkok menyayangkan putusan AS dan Korsel untuk tetap melaksanakan latgab militer tersebut. Masih ditunggu reaksi apalagi yang akan diambil oleh Kim Jong-Un dalam merespon tindak provokatif Korsel-AS ini.

Eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea lagi-lagi meningkat (walaupun sebenarnya tak pernah mendingin). Aksi provokasi dan saling tuding antara Korut dan Korsel ini nampaknya masih jauh dari kata selesai. Upaya untuk menjaga perdamaian kawasan Semenanjung Korea semakin runyam jika pada akhirnya kedua pihak bersikeras untuk saling unjuk kemampuan dan menggandeng pihak ketiga. Masyarakat Korsel dan Korut pun harus siap-siap terbiasa dengan senja gaduh di Semenanjung Korea hingga beberapa masa kedepan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline