Alhamdulillah Raeni diberitakan sudah mendapatkan beasiswa untuk kuliah diluar negeri.
Ada khabar baik bagi Raeni-Raeni yang lain. Melalui Bahana Corporate Day pekan lalu, Menkeu Chatib Basri menyatakan bahwa negara akan menyediakan beasiswa bagi mereka yang menunjukkan bukti diterima di universitas luar negeri dengan peringkat 100 tertinggi dunia. Mengapa upaya mendorong mahasiswa Indonesia belajar keluar negeri bakal gencar dilakukan?
Pemerintah, menurut paparan Menkeu, menyadari bahwa era komoditas primer sudah berakhir. Perlambatan ekonomi China dan India; beban utang yang tinggi di negara maju utama yang bersesuaian dengan fenomena penduduk menua serta perubahan strategi energi lebih ramah lingkungan melandasi kejatuhan harga batu bara, karet bahkan CPO yang merupakan sumber penghasilan devisa utama Indonesia. Persaingan regional juga menjadi semakin pesat. Bayangkan, walau mata uang rupiah terhadap yuan China tahun lalu melemah lebih dari 25%, namun ternyata Indonesia justru mengalami defisit perdagangan dengan China.
Defisit neraca berjalan tidak hanya diperburuk oleh kekeliruan alokasi subsidi BBM yang sudah dinilai banyak pihak justru memperburuk ketimpangan kesejahteraan. Namun, luput dari pencermatan banyak orang, Indonesia mengalami defisit yang jauh lebih besar atas neraca income dan juga jasa. Sebab kita tidak memiliki perusahaan yang berinvestasi di luar negeri yang membawa pulang cuan investasi. Demikian juga kontraprestasi untuk jasa asing, baik pada asuransi, perkapalan hingga teknologi informasi masih jauh lebih besar dibanding yang diperoleh oleh penyedia jasa domestik dari luar negeri.
Pendek kata, defisit neraca berjalan mengartikulasikan Indonesia sebagai bangsa yang kurang produktif dan kompetitif! This is clear and present truth.
Belajar dari Korea Selatan yang pada tahun 1960an termasuk negara paling miskin di dunia, jelas kita sadar. Modal terutama suatu negara bukan sumber daya alam yang nyatanya bakal terkikis habis, melainkan pada sumber daya manusia. Itu sebabnya, seperti yang pernah dilakukan banyak negara termasuk China, pemerintah berkomitmen mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk melalui pendidikan diluar negeri dengan biaya negara.
Selain terakait pendidikan, upaya penguatan sumber daya manusia mengharuskan kita untuk melakukan reformasi menyeluruh yang menyentuh aspek institusi sosial dan politik. Tulisan ini hanya menyajikan perspektif untuk suatu transformasi perilaku agar bangsa ini menjadi lebih sejahtera, berkeadilan dan bermartabat secara berkesinambungan.
Landasan pemikiran tulisan ini tidak hanya berdasarkan pengalaman saya lebih dari 17 tahun berkecimpung praktisi di pasar modal, tetapi menghayatkan kembali nilai inklusif yang terpendam ribuan tahun lalu. Seperti judul diatas, saya merujuk kepada Mesir sebagai sumber inspirasi. Namun bukan Mesir belum lama ini bergejolak.
Para pemeluk agama Kristen dan Islam sesungguhnya sharing kisah secara paralel tentang seorang yang mampu menerjemahkan mimpi raja yang melihat tujuh sapi kurus dan gemuk serta tujuh tangkai gandum yang bernas dan kopong. Betul sekali, kisah Yoseph atau Nabi Yusuf.
Ilmu ekonomi modern mengapresiasi tafsir mimpi oleh Nabi Yusuf sebagai fenomena business cycle atau konjungtur. Gejala turun naiknya kegiatan ekonomi. Pendeknya ada pergiliran antara masa malang setelah gemilang. Penyebabnya kini beragam, tidak hanya masalah iklim. Bisa juga karena perubahan teknologi, transisi demografi hingga perubahan perilaku konsumen.
Yang paling hebat bukan tafsir mimpi, tetapi konstelasi kebijakan yang disarankan Nabi Yusuf untuk menaklukkan business cycle. Al Quran surat 12 ayat 47 dengan ringkas dan cerdas mengabadikan saran kebijakan dalam urutan time horizon yang sangat tepat: “Hendaklah kalian bercocok tanam dengan sungguh-sungguh. Apa yang kalian panen hendaklah tetap pada tangkainya. Kecuali sedikit untuk kalian makan.”
Selama lebih dari 17 tahun berkecimpung di dunia pasar modal dan akademik, saya telah mengalami metaforsa dalam mengapresiasi saran Nabi Yusuf tersebut, mulai dari economist hingga menjadi fund manager.
Sebagai economist, saran itu berarti fokus pada produktivitas terutama sektor pertanian, lalu teknologi paska panen berupa pengawetan hasil. Ingat pisang yang telah terpotel dari tandannya akan lebih cepat busuk. Pisang perlu diawetkan menjadi tepung pisang atau kripik. Seperti halnya susu bisa menjadi keju dan yogurt. Sedang yang terakhir adalah pengendalian konsumsi (demand management). Hasil panen tidak seluruhnya dimakan. Tetapi ada yang dijual dan dijadikan bibit. Selain tentunya untuk disedekahkan atau di-sepersepuluhkan. Jadi dari sisi economist bisa dibaca sebagai productivity, buffer stock and consumption ration.
Ada variasi dari sudut pandang fund manager yang hakikatnya terkait dengan wealth management: growth, protection and distribution. Asset yang kita miliki ditumbuhkan dengan asset yang paling memberikan cuan terbesar. Tidak lain adalah saham. Lalu mendekati atau setelah target tercapai, diamankan dengan memperbanyak pada obligasi negara yang hakikatnya zero credit risk. Kemudian hasil investasi itu digunakan untuk membiayai kehidupan sepanjang hidup setelah pensiun melalui kucuran dana berkala. Lebih tepat bila digunakan semacam produk annuitas yang dapat ditawarkan oleh perusahaan asuransi.
Penghayatan saran Nabi Yusuf ini menghadapkan kita pada pilihan untuk membongkar paradigma lama orang Indonesia (mirip seperti kampanye sebuah iklan kopi): Mengajarkan anak sedini mungkin menabung. Anak harus diajarkan bekerja dan investasi! Strategi menabung lebih tepat diajarkan untuk orang tua yang memang sebaiknya assetnya dalam bentuk paling likuid.
Anda boleh langsung berbeda pendapat dengan sangkaan bahwa pendapat ini adalah interest fund manager. Mari kita gunakan data baik moneter maupun perdagangan.
Saya sendiri anak seorang mantan tukang kridit Tasikmalaya yang merantau di Plaju Palembang. Kami sekeluarga pernah tinggal sementara dibawah kolong jembatan Ampera. Orang tua kami bersungguh-sungguh membiayai sekolah kami. Alhamdulillah saya sendiri bisa masuk ke FEUI menikmati beasiwa dan tinggal di asrama UI Daksinapati dan Pegangsaan. Alhamdulillah saya juga menerima beasiswa untuk program Master di NUS Singapore.
Sedari kecil saya biasa jualan pempek, es bungkus hingga telur. Kini anak-anak kami terbiasa jualan pulsa dan kaos di sekolah.
Persamaan menabung dan investasi hanya terbatas pada menunda konsumsi. Selain itu, menabung tidak banyak manfaat untuk penguatan kapasitas dan produktivitas individu dan masyarakat seperti investasi. Investasi itu menanam keberuntungan. Tugas manusia hanya menanam. Allah yang menumbuhkan. Keuntungan itu ditandai dengan peningkatan kesejahteraan sepanjang waktu. Selain risiko gagal bayar, investor juga harus mencermati risiko inflasi yang memangkas daya beli.
Dengan prinsip ini, mari kita gunakan data historis paling tidak sepuluh tahun terakhir. Jika Anda depositor, secara kumulatif hanya memperoleh cuan total sekitar 60%. Angka ini jauh lebih rendah bila dibandingkan inflasi umum dan makanan yang masing-masing mencapai 102% dan163%. Akan lebih beruntung apabila bersahabat dengan bank dengan investasi pada saham perbankan. Total cuan (capital gain dan dividen) berinvestasi pada saham Bank Rakyat Indonesia mencapai 1553%. Keberuntungan ini sekitar dua kali lipat kinerja saham secara keseluruhan yang diukur berdasarkan IHSG yang ‘hanya’ 775%. Sementara kinerja saham sektor konsumsi Unilever, seperti terlihat pada peraga dibawah ini, mencapai 1040%. Semoga statistik ini membuka pencerahan pentingnya melek investasi. Adalah keliru mengatakan saham itu dipersepsikan sebagai high risk dan high return. Yang lebih cocok untuk pandangan itu adalah pengedar narkoba dan koruptor.
Anjuran mendorong anak sedari dini belajar bekerja dan meningkatkan produktivitas tidak hanya menjadi sebagian solusi defisit neraca berjalan. Indonesia bisa memiliki lebih banyak entrepreneur kelas dunia yang mampu memasok banyak kebutuhan masyarakat global. Tetapi, yang tidak banyak diketahui, adalah untuk persiapan membiayai kemakmuran setelah pensiun. Berdasarkan data BPS, saya menaksir dalam 10 tahun mendatang bakal ada 26 juta jiwa yang memasuki usia pensiun. Ketika itu kebanyakan orang akan sadar terhadap dua kenyataan: Pertama, pekerjaannya mudah digantikan oleh generasi muda atau mesin. Kedua, dia akan hidup lebih lama. Sekitar 72 tahun untuk wanita dan 69 tahun untuk pria. Kenyataan pertama memangkas sumber pendapatan. Sedang yang kedua, beban pembelanjaan tetap tinggi.
Salam
Budi Hikmat
----------
Tulisan ini sebagai renungan untuk ananda kami Yusuf Irfan Nazir yang hari berulang tahun ke-11. Ananda tersayang, ketika engkau ultah, kita sebagai anak bangsa sedang kampanye untuk pemilihan presiden. Sebagai umat manusia, kita dihibur oleh perhelatan piala dunia.
Terkait dengan pemilu, siapapun presiden yang terpilih nanti harus kita semua anak bangsa mendukung. Ada tantangan yang luar biasa berat seperti yang banyak ahli menyebut sebagai The Great Global Rebalancing. Mulai dari pergeseran hegemoni politik, beratnya beban utang di negara maju utama yang terjadi ketika penduduk mereka menua, lokomotif pertumbuhan ekonomi dengan perlambatan ekonomi di China dan India, peralihan sumber energi di negara maju, hingga kerusakan lingkungan. Pendek kata, pemimpin terpilih harus mumpuni baik pengelolaan ekonomi maupun mengkapitalisir transformasi geo-politik dunia.
Papa telah berulang kali mengingatkan panduan memilih pemimpin, yakni seperti karakter Nabi Musa yang kuat dan dapat dipercaya (qowiyun aamiin, QS 28:27) yang semestinya didukung oleh jajaran kabinet seperti Nabi Yusuf yang memiliki kecakapan tata laksana (governance) dan berilmu (hafizdun aaliim, QS 12:55). Kalo ada pemimpin yang cenderung menjadi tirani juga sebaiknya seperti Firaun jaman Nabi Yusuf yang punya visi (seperti mimpinya) dan inklusif. Tidak seperti pada jaman Nabi Musa yang ambisi dan ekslusif.
Terkait dengan Piala Dunia, Papa berharap pada jamanmu kelak Indonesia telah mempu berpartisipasi. Sebab hal itu menandakan negeri ini punya semangat bersaing dan produktivitas. Ingatlah, seperti telah Papa paparkan diatas, selama tiga tahun terakhir neraca pembayaran Indonesia defisit.
Kuatkan semangatmu untuk berinvestasi meningkatkan kapasitas dirimu. Terkait investasi di pasar modal, kantor Papa sudah meluncurkan flatform SiNar (berinvestaSi beNar) yang sangat diilhami oleh hikmah Nabi Yusuf (growth, protection, distribution). Dengan dana terbatas, masyarakat awam dapat berinvestasi secara teratur pada reksadana. Secara online, masyarakat dapat mencermati perkembangan kinerja investasi. Ajaklah teman-temanmu mampir ke sinar.bahanatcw.com
Papa dan Mama selalu berdoa semoga ananda selalu menjadi yang terbaik seperti harapan yang kami abadikan di dalam namamu. Kisah terbaik dalam Al Quran adalah kisah Nabi Yusuf. Insan terbaik adalah mereka yang tercerahkan mengenali dirinya dan Tuhannya (Irfan) seperti jemaah haji yang selesai wukuf di Padang Arafah. Dan pekerjaan terbaik adalah pemberi peringatan (Nazir), sebab pekerjaan ini mencegah risiko terkena siksa Allah. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H