Lihat ke Halaman Asli

Kampus Mendunia, Pentingkah?

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sering kita mendengar jargon – setidaknya jika itu sebatas upaya pencitraan atau promosi semata – berbunyi: World Class University (WCU). Namun saat kita berdiskusi tentang apa yang dimaksud dengan WCU, debat kusir malah hadir. Upaya utuk sepakat atau mufakat tentang definisinya saja minta ampun susahnya. Pokoknya, jika sebuah kampus sudah dikenal di lingkungan internasional, itulah WCU. Lalu dikenal karena apanya? Apa saja indikatornya? Diskusi pun makin ramai, dan ujung-ujungnya tidak ada kesimpulan yang bisa diterima semua orang.

Ada pandangan yang menggelitik saat teman mangatakan bahwa internasionalisasi kampus dimaknai sebagai globalisasi pendidikan yang membolehkan kampus asing pun boleh beroperasi di Indonesia, seperti yang tercantum dalam RUU Pendidikan Tinggi yang pembahasannya akhirnya ditunda. Jika perspektifnya begitu, bisa jadi itu jadi salah satu peluang besar bagi kampus asing untuk kembali merambah Indonesia, setelah sektor lain pun dijamah.

Tapi tulisan ini bukan pula mengomentari kemungkinan serbuan kampus asing ke Indonesia jika RUU tesebut akhirnya disyahkan menjadi UU. Saya hanya iseng mengulas  tentang niatan sejumlah kampus di Indonesia untuk menjadi pemain dunia juga. Apalagi setelah melihat sekilas materi workshop - saya sendiri tidak mengikutinya - berjudul "Universities Internationalisation Workhop" diselenggarakan oleh Dirjen DIKTI.

Ketika WCU menjadi visi kampus, apakah itu berarti kampus tersebut sudah memberikan yang terbaik bagi negeri ini? Di saat berbagai pandangan negatif tentang peran pendidikan tinggi di Indonesia, saya meyakini, sebagian besar masyarakat Indonesia belum memandang WCU sebagai prioritas. Bagi masyarakat, peran kampus dalam mengatasi persoalan domestik pun masih dinantikan. Bisa jadi istilah “Menara Gading” masih melekat di sebagian besar kampus di Indonesia. Mereka seolah terisolir dari (kebutuhan) masyarakat.

Ok, saya tidak akan berdebat tentang WCU lagi. Saya Cuma tertarik dengan berbagai pemeringkatan yang sering dijadikan rujukan sebagai indikator WCU, baik secara umum maupun hanya untuk satu aspek saja.

Saat ini banyak lembaga atau kegiatan, baik nasional maupun internasional, membuat pemeringkatan perguruan tinggi. Pemeringkatan tersebut banyak yang bersifat menyeluruh atau hanya aspek tertentu saja. Kita  perlu mencermati metodologi pemeringkatan tersebut agar bisa melihat aspek apa saja yang dinilai, termasuk kelebihan dan keunggulan dari setiap pemeringkatan tersebut. Berikut beberapa pemeringaktan di tingkat internasional dan nasional yang banyak dirujuk.

Academic Ranking of World Universities (ARWU). ARWU merupakan pemeringkatan yang relatif sulit dicapai oleh perguruan tinggi di Indonesia. Sampai saat ini belum ada perguruan tinggi yang masuk peringkat ARWU, yang dipublikasikan oleh Shanghai Jiao Tong University. Indikatornya memang berat, misalnya jumlah pemenang nobel atau jumlah artikel yang dimuat di jurnal ilmiah bermutu yang banyak dikutip. Informasi tentang ARWU bisa dilihat di sini. Kampus mana saja yang tergolong hebat dan masuk Top 500 Dunia versi ARWU untuk edisi 2011 dapat dilihat di sini.

QS World Universities Ranking. Lembaga pemeringkatan yang berbasis di London ini melakukan pemeringkatan perguruan tinggi di seluruh dunia berdasarkan  enam indikator yaitu Academic Peer Review (bobot:40%), Global Employer Review (10%), Citations Per Faculty (20%), International Student Ratio (5%), International Faculty Ratio (5%) dan Faculty Student Ratio (20%). QS membuat peringkat berdasarkan wilayah atau subyek/bidang ilmu. Informasi lengkap tentang pemeringkatan QS dapat dilihat di sini. Perguruan tinggi Indonesia yang masuk 700 besar dunia edisi tahun 2011 adalah UI (peringkat 217), UGM (342), dan ITB (401-450). Daftar peringkat 500 dunia selengkapnya dapat dilihat di sini.

QS Star Rating. QS Star bukan seperti pemeringkatan, namun berupa evaluasi yang hasilnya berupa “rating” yaitu pemberian label bintang, dari belum mendapat bintang, bintang satu, bintang dua, dan seterusnya. Kriteria evaluasinya mencakup delapan kriteria yaitu: Research Quality, Teaching Quality, Graduate Employability, Infrastructure, Internationalisation, Innovation & Knowledge Transfer, Third Mission and Specialist Subject Criteria. Setiap kriteria tersebut terdiri dari beberapa indikator pengukurnya. Daftar perguruan tinggi di Indonesia yang telah memperoleh bintang dari QS Star dapat dilihat di sini.

4icu World Universities Web Ranking. 4icu melakukan evaluasi terhadap 11 ribu perguruan tinggi di seluruh dunia. Metodenya lebih menitikberatkan pada kinerja perguruan tinggi di dunia internet. Metodologinya menggunakan tiga kriteria yaitu Google Pagerank, Alexa Traffict Rank, dan Majestic Reffering Domain. Penjelasan metodologi selengkapnya dapat dilihat di sini. Pada edisi Januari 2012 jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang masuk peringkat 4icu sebanyak 318 kampus, dengan peringkat selengkapnya dapat dilihat di sini.

Webometrics – Ranking Web of World Universities.  Webometrics melakukan evaluasi terhadap 20300 perguruan tinggi di dunia dengan menggunakan empat parameter, yaitu visibility (diukur dengan jumlah tautan atau refeering domain berdasarkan hasil yang diperoleh dari Majestic SEO), Size (banyaknya halaman web pada situs kampus yang terindeks oleh google), Rich Files (banyaknya jenis dokumen yang terindeks di google), dan Scholar (banyaknya paper yang terindeks di Scimago dan Google Scholar). Penjelasan metodologinya dapat dilihat di sini. 352 kampus di Indonesia berhasil masuk dalam pemeringkatan Webometrics dengan urutan selengkapnya untuk edisi Januari 2012 dapat dilihat di sini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline