Ibukota Kalimantan Barat termasuk kota yang paling sering dikunjungi pada dua tahun terakhir ini. Saya pun kembali mampir di kota yang terletak tepat di garis katulistiwa dengan lokasi tepatnya ditandai dengan tugu kalulistiwa. Memenuhi undangan para praktisi Credit Union membuat kami bertiga melewatkan tiga hari dua malam (8-10/4/2012) di kota yang suhunya terasa makin panas.
Kota yang dibelah sungai Kapuas tersebut menjadi tempat Rapat Anggota Tahunan (RAT) Badan Koordinasi Kredit Union (BKCU) Kalimantan mulai 8 sampai 11 Mei 2012. Tempat penyelenggaraannya di Hotel Kapuas yang dihadiri hampir 200 orang dari pengurus credit union, tamu undangan, dan peninjau. Wakil dari credit union pun tidak hanya datang dari Kalimantan Barat saja, tercatat ada yang dari Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Papua, bahkan dari Timor Leste.
[caption id="attachment_176475" align="alignnone" width="582" caption="Integrasi sosial dan harmoni nilai lokal-universal bisa terjadi di sini (doc pribadi)"][/caption]
Mungkin tidak semua tahu credit union - disebut koperasi kredit berdasarkan aspek legalitas dari pemerintah – di Pontianak bisa beraset triliunan rupiah dengan total anggota ratusan ribu orang. Bisa jadi kegiatan menyimpan dan meminjam di bank bukan tradisi di sana. Masyarakat lebih senang melakukannya di credit union, sebuah lembaga keuangan yang dapat menyelaraskan prinsip ekonomi dan sosial sekaligus. Kantor dan teknologinya pun tidak kalah dengan geliat sektor perbankan yang akhirnya lebih berfungsi sebagai gudang penyimpan uang yang dimiliki oleh credit union.
Fenomena credit union di Pontianak memang fenomenal. Istilah ekonomi kerakyatan bukan sebatas slogan dan wacana saja. Ribuan orang-orang yang mungkin dikategorikan kurang beruntung secara finansial malah bahu-membahu bersama warga lain yang lebih beruntung. Ketika pedagang kaki lima, supir angkot, tukang becak, tukang ojek, atau petani bergabung bersama guru, pegawai swasta, bahkan dosen menjadi anggota credit union, nilai-nilai toleransi dan saling menolong pun menjadi aktual.
[caption id="attachment_176477" align="alignnone" width="586" caption="Bukan sebatas nyanyian syahdu yang terucap lisan saja (doc pribadi) "]
[/caption]
Semua statusnya sama, yaitu anggota credit union yang saling asah, saling asih, dan saling asuh, sebuah prinsip atau nilai yang identik dengan tiga pilar credit union yang sering didengungkan pada saat RAT: Swadaya, Toleransi, dan Pendidikan, termasuk slogan: “solusi cerdas terpercaya“. Ya, credit union berasal dari dua kata: “credere” yang artinya percaya, dan “union” yang berarti kesatuan. Azas kepercayaan memang menjadi pondasi utama dari koperasi. Prinsip atau tradisi luhur yang makin terkikis di era saat ini mungkin menjelma kembali lewat credit union.
[caption id="attachment_176478" align="alignnone" width="587" caption="Melestarikan tradisi lokal seiring reaktualisasi nilai-nilai universal (doc pribadi)"]
[/caption]
Saat anak dan istri atau suami bergabung menjadi anggota, gerakan ekonomi kerakyatan berbasis keluarga menjadi keniscayaan. Kala warga berduyun-duyun menyimpan dan meminjam dana bersama secara masif, prinsip ekonomu berbasis komunitas demi membangkitkan harkat dan martabat bersama-sama pun menjadi napas credit union. Kebangkitan hidup dan kehidupan tidak perlu mengandalkan pemerintah atau dari pihak eksternal karena credit union merupakan gerakan sosial untuk menolong diri sendiri, keluarga, dan komunitas dengan prinsip swadaya.
[caption id="attachment_176476" align="alignnone" width="592" caption="Layanan credit union, dari kandungan hingga kematian (doc pribadi)"]
[/caption]
Entah ada hubungannya atau tidak, saat mengagumi geliat credit union tiba-tiba saya teringat dengan geliat transaksi perbankan. Tepatnya data transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) Regional yang bisa diakses pada website BI di sini. Ternyata, Pontianak masuk sepuluh besar kota yang data “transaksi From”-nya tertinggi di Indonesia.