[caption id="attachment_164249" align="aligncenter" width="600" caption="Ciliwung, nasibmu kini nasib kita nanti (foto pribadi)"][/caption]
Prihatin saja tidak cukup saat melihat kerusakan lingkungan terus berjalan. Isu lingkungan kalah pamor sama hiruk pikuk politik atau geliat ekonomi. Padahal polusi, banjir, atau kebakaran hutan tidak pernah absen dari bumi pertiwi. Kali ini saya akan menyimak seberapa rusak lingkungan Indonesia berdasarkan Environmental Performance Index (EPI) edisi tahun 2012 yang telah dipublikasikan oleh Yale University. Berikut peringkat 132 negara.
[caption id="attachment_170828" align="alignnone" width="598" caption="Peringkat Environmental Performance Index 2012 (sumber: www.epi.yale.edu)"]
[/caption]
EPI edisi 2012 sudah dipublikasikan dan dapat dilihat di sini. Peringkat pertamanya ditempati oleh Swiss. Indonesia menempati peringkat ke-74. Parameter yang terburuk adalah kualitas air, yakni dampaknya terhadap kesehatan manusia, dan kerusakan hutan. Peringkat dua parameter tersebut di atas 100. Secara umum semua indikator menunjukkan lingkungan Indonesia memang parah seperti tersaji pada profil EPI Indonesia berikut.
[caption id="attachment_170829" align="alignnone" width="598" caption="Profil dan prediksi EPI Indonesia (sumber: www.epi.yale.edu)"]
[/caption]
Berdasarkan data historis selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, Indonesia diprediksi mengalami penurunan pada kategori vitalitas ekosistem, bahkan bisa anjlok dua kali lipatnya. Penuruan terburuk adalah pada indikator hutan dan sumber daya air.
Selama satu dasawarsa, peringkat 74 merupakan posisi terbaik Indonesia, terjeleknya pad posisi 84. Indonesia pun masuk kelompok negara “yang sedang-sedang saja”. Bukan yang terbaik, namun tidak “buruk-buruk amat”. Kata Yale University: “Modest Performers”. Mungkin jika ada hiburan tersendiri, Yale University meramalkan posisi Indonesia bisa lebih baik jika dilihat dari hasil analisis terhadap data pada kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Prediksi tersebut disajikan pada kolom “Pilot Trend Result” pada tabel profil di atas.
Indonesia akan membaik pada aspek kesehatan lingkungan, namun bisa memburuk untuk indikator vitalitas ekosistem. Hanya parameter pertanian yang diperkirakan membaik, sedang enam parameter ekosistem lainya diramalkan akan tetap mengkhawatirkan. Bahkan, dampaj ekosistem udara dan perubahan iklim bisa makin memburuk. Kerusakan hutan pun diperkirakan tidak ada perubahan, atau tetap ada ancaman terhadap kelestarian hutan tropis di Indonesia.
Semoga kita tidah harus menunggu Indonesia makin parah. Hiruk pikuk politik dan ekonomi memang kadang mengasikkan, namun prahara lingkungan bakal lebih menakutkan jika kita tidak berbuat apa-apa untuk menyelamatkan bumi pertiwi ini. Analisis runtut waktu menunjukkan Indonesia bisa mencapai posisi ke-66. Itu secara statistik, tidak tahu realitasnya nanti.
*****
EPI dihitung dengan menggunakan 22 indikator yang dikelompokkan dalam dua kategori utama yaitu kesehatan lingkungan dan vitalitas ekosistem dengan kategori lengkapnya mencakup 10 aspek, yaitu: (1) Environmental Health. (2) Water (effects on human health), (3) Air Pollution (effects on human health), (4) Air Pollution (ecosystem effects), (5) Water Resources (ecosystem effects), (6) Biodiversity and Habitat, (7) Forests, (8) Fisheries, (9) Agriculture, dan (10) Climate Change & Energy. Penjelasan metodenya dapat dilihat di sini.