Lihat ke Halaman Asli

Rindu Mengecil Kembali

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

140046262165640326

Setiap perjalanan jauh yang dilalui,melewati tempat-tempat yang baru dari jendela kereta tempat saya bersandar sekarang, selalu saja meletupkan kenangan-kenangan yang pernah dialami,berhamburan bebas dan ada beberapa yang membekas.padi yang mulai ranum menguning menambah kilatan-kilatan ingatan yang saling berloncatan tentang betapa indah dan polosnya masa kecil dulu.terbawa terhanyut akan suasana,gambaran alam desa yang jelita.

Dibesarkan dalam keluarga sederhana di sebuah perkampungan di antara dua gunung besar yang pongah saling berhadapan,tampomas dan ciremai membuat suasana pedesaan lengkap dengan sawah dan hutannya menjadi tempat yang sempurna dan nyaman untuk melahap setiap pola permainan yang dulu sangat ragam dimainkan anak-anak.

Turunan tanah yang berkelok dan tajam yang sebenarnya lebih membahayakan dari tikungan di sirkuit Le Mans sekalipun dengan ceria dan tanpa rasa takut kami lalui,berbekal laher yang kami curi dari bengkel mang djaja(alm) (Hapunten mang....!!)jadilah rorodaan dengan satu roda di depan ber laher curian dan dua roda kayu di belakang kami meluncur balapan,lebih greget lagi saat yang kami tunggu adalah saat setelah turun hujan,dimana sirkuit lebih mirip bekas jalan setapak yang biasa dilalui babi hutan.Jatuh dan memar bukannya tak pernah tapi nilai asyiknya menghilangkan nilai sakitnya,apalagi kalau ditonton cewek kecengan ...hmhhhh...tancappp.

1409056182343931552

gambar dari http://bamboo.ichsany.com/category/toys/

Atau main petak umpet dengan mengumpulkan potongan kenteng (genting) yang di bulatkan terlebih dahulu lalu ditumpuk,siapa yang jadi ucing (kucing) terlebih dahulu ditentukan dengan hompimpah,Kejadian yang paling saya ingat dan saya rasa paling greget adalah ketika si Dedeng (sekarang bertugas di polres kerinci) kebagian ucing berulang,kami sembunyi sejauh dan senyumput (sembunyi) mungkin supaya susah ditemukan,ada si Damen (sekarang satpam di pabrik garmen) yang jago naik,sembunyi di pohon paling puncer (pucuk),ato si Dede Awong yang sebenarnya usia-nya jauh di atas kami,tetapi tetap pede gaul sama anak-anak unyu macam kami karena mengalami keterbelakangan mental ,yang sembunyi di kandang domba mang emin (kuatan beneran dengan bau pesing kambing),kasusnya adalah ketika kami menunggu untuk ditemukan setelah sembunyi dengan sempurna kami tunggu setengah jam,sampai hampir sejam menunggu,kesel juga akhirnya berinisiatif noong (melihat) ke tempat dimana si dedeng ucing,kami tidak melihat genteng atupun dia...lalu saya panggil teman yang lain untuk keluar dan nyari si dedeng..pas ketemu dia lagi dirumahnya ...sedang makan disuapi ibunya...asemmmmmm.

Senyum simpul tersungging di bibir kalau mengingat semua kejadian dulu dimana terasa ringan dan nyaman hidup ini kami jalani.

berbeda jauh dengan kebanyakan anak sekarang yang karena tekhnologi beberapa orang menjadi kurang peka dan anti sosial,sibuk dengan mainan canggih tanpa banyak bergerak sambil memakan makanan yang membuat tubuh mereka melar .

mengenang sosok almarhum ayah juga menjadi memori selanjutnya yang berkelebat di pikiran,kadang melanggar itu tidak selamanya berakibat buruk..ayah paling marah kalau saya dan babaturan (teman) nyebur di sungai,tapi dari itu saya malah bisa berenang tanpa harus belajar.

Ah andai saja tak ada banyak tugas,andai saja tak ada banyak beban,andai saja tak ada banyak kepentingan.......dan andai saja semuanya mungkin..ingin rasanya mengumpulkan teman masa kecil untuk mengulang semua memori indah itu......

situraja ,25 agustus 2014

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline