Lihat ke Halaman Asli

Investasi Itu Menyenangkan

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ingin menjadi seperti kacang yang lupa kulit, saya lantas beberapa kali sempat ikut dalam jual beli produk pasar modal, khususnya reksadana. Background sebagai sarjana ekonomi yang sudah terlanjur melekat sering mendorong saya untuk mengupdate informasi mengenai kondisi ekonomi, khususnya pasar modal di negeri ini. Jika rasanya saya tidak mampu untuk mengerti faktor tehnical dan fundamental pergerakan harga saham, paling tidak saya bisa membaca faktor pendorong pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari itu.

Masih ingat sekali dengan kejadian tahun 2010 di kota Manado. Pernah suatu hari saya sedang menunggu makanan ayam goreng yang saya pesan di salah satu wartek di kota Tinutuan tersebut, iseng-iseng membuka koran lokal yang mengiklankan sebuah seminar pasar modal, tanpa berpikir panjang dan tidak juga melihat berapa HTM seminar tersebut, saya langsung menelpon dan book satu tempat agar bisa hadir di seminar tersebut.  Alhamdulillah akhirnya saya mendapat kursi di seminar yang diadakan di Hotel Paninsula tersebut.

Setelah selesai mengikuti seminar yang dihadiri Dirut BEI dan BNI sekuritas itu, saya jadi semakin kecanduan untuk membaca dan mengikuti perkembangan kondisi pasar modal. Alhasil setelah membaca prospektus salah satu produk reksadana dan sempat juga bertanya dengan pak Eko P Pratomo mengenai komposisi investasi yang sesuai untuk anak muda yang galau ini, akhirnya saya memutuskan untuk membeli dua produk reksadana yaitu reksadana saham Schroder Prestasi Plus dan reksadana campuran Fortis Equitra (sekarang berubah jadi BNP Paribas).

Agar tidak report dengan proses transaksinya, saya sengaja mendaftarkan diri di salah satu bank pemerintah untuk membatu memenuhi dahaga saya waktu itu. Sistemnya mudah, saya hanya mengisi satu formulir dan menentukan produk mana yang akan saya beli dan selanjutnya bank akan melakukannya secara auto debet setiap bulannya. Sayang proses investasi ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar 11 bulan. Keinginan untuk bisa disiplin berinvestasi selama 10 tahun harus terhenti seiring berhentinya saya bekerja di perusahaan swasta tersebut. Just info, seingat saya untuk produk reksadana schroder saya beli di harga Rp.15.150,- per NAV dan saya jual di kisaran Rp.21.000,- per NAV setelah 11 bulan berinvestasi. (Kesan pertama yang cukup mengesankan).

Setelah vakum hampir setahun dari jual beli reksadana, awal Maret lalu saya mencoba membeli salah satu produk reksadana saham dari PT Panin Sekuritas yaitu Panin Dana Maksima. Saya beli awal Maret dengan harga Rp.54.400,- per NAV dan update terakhir per 3 April ini harganya naik menjadi Rp.57.794,- per NAV (Kesan kedua juga cukup indah). Perkiraan saya, isu kenaikan harga BBM pada tanggal 1 April lalu akan menurunkan harga reksadana tapi kenyataannya BBM tidak jadi naik dan IHSG dikabarkan menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia  yaitu Rp.4.215,44,-, kenaikan IHSG ini tentunya ditopang oleh membaiknya performance beberapa saham, yang artinya harga reksadana saham juga cenderung meningkat. End.

Semoga mimpi untuk disiplin investasi 10 tahun dapat terwujud. Aamiin.

Muara Bungo, April 4, 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline