Lihat ke Halaman Asli

The Way of Invest for NewBie

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Semoga ini bisa jadi strategi dalam berinvestasi. Aamin.

Anonymous Tidak terasa tahun 2010 telah tiba, saat usia terus bertambah, saat tuntutan hidup mulai terasa, saat persaingan itu begitu dekat, disaat yang bersamaan Allah masih memberi kita nikmat untuk berfikir, belajar dan terus belajar, tetapi sejauh mana kita telah memaksimalkan potensi yang masih diberikan oleh-Nya? The biggest thank for Allah SWT.

Kegiatan ekonomi di tahun 2009 kemarin dinilai cukup berhasil oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Terlebih ketika para pejuang ekonomi kita mampu mematahkan prediksi lembaga tersohor sekaliber Economist Intelligence Unit (EIU), hingga Mei 2009 lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan negatif (konstraksi) sebesar 1,4%. Bahkan angka itu lebih buruk dari prediksi sebelumnya sebesar -1,3%. Tidak hanya sampai disitu Intenational Monetary Fund (IMF) juga mengeluarkan nada yang hampir sama, meskipun tidak serendah prediksi EIU. Lembaga moneter dunia ini meramalkan pertumbuhan sekitar 2,5 % sebelum mereka merevisinya menjadi 4,0% (Kompasiana.com).

Perubahan kondisi ekonomi ini tidak hanya terjadi di negara kita, tapi hampir semua negara di dunia pernah mengalami kontraksi ekonomi, karena sejatinya perekonomian dunia ini saling terkait antara satu dan yang lain, apalagi net export itu masih menjadi variabel dalam menghitung growth domestic product (GDP) dan multiplier effect itu sudah tidak asing lagi di dunia ekonomi.

Volatile itu pernah menjelajah dunia.

Bayangan market yang terlalu volatile tak jarang membuat para calon investor “newbie” ragu untuk memulai investasi, padahal investasi itu tidak mengenal waktu, artinya kapan saja bisa kita lakukan, karena apapun kondisi ekonomi, secepat apapun pergerakan kondisi ekonomi selalu menciptakan celah-celahnya sendiri untuk mendapat keuntungan.

Mungkin tulisan yang saya kutip dari Bapak T Thoajadi, Direktur Schroder Investment Management Indonesia dalam majalah invsestor ini bisa memberikan informasi yang cukup bagi kita para pemula. Begini kutipannya “setiap siklus ekonomi memiliki jenis investasi yang lebih favorit artinya kita bisa memiliki lebih banyak aset tertentu dibandingkan dengan jenis aset lain pada keadaan tertentu.

Pada saat diantisipasi akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, maka disarankan lebih banyak bobot investasi di kas. Saat ekonomi mulai masuk ke siklus resesi maka kita harus memulai berinvestasi ke obligasi negara (obligasi yang likuid), karena pada saat tersebut suku bunga sudah naik dan yield obligasi juga ikut naik (harga obligasi turun).

Pada saat ekonomi terus memburuk menuju titik terbawah resesi, maka kita harus mulai meningkatkan bobot investasi kita di saham dengan jalan membeli sedikit demi sedikit dan terus mempertahankan bobot investasi saham kita selama pemulihan ekonomi dan sampai masa ekspansi ekonomi.

Menjelang titik puncak dari masa ekspansi ekonomi (hal ini harus diprediksi oleh kita), mulai menurunkan bobot investasi di saham dan mulai masuk ke sektor komoditas. Dan pada saat puncak ekspansi terjadi kembali, kita lebih banyak memiliki bobot investasi yang lebih banyak di kas. Jadi kas, tidak selalu menjuadi raja, tetapi tergantung dari proyeksi ekonomi yang ada”.

Membaca penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa sejatinya investasi itu mudah dilakukan, meskipun bagi kita para pemula agak kesulitan dalam melakukan prediksi terhadap keadaan ekonomi yang sedang terjadi saat ini, belum lagi kita sering terbatas pada akses untuk melakukan transaksi dalam setiap jenis investasi tersebut. Contohnya saham, setiap manajer investasi memiliki standar yang berbeda dalam menentukan modal awal agar kita bisa bermain saham, tetapi dengan batasan-batasan tersebut jangan membuat kita menunda untuk melakukan investasi.

Jika kita bisa mengambil hikmahnya, sebenarnya secara tidak langsung berinvestasi mengajak kita untuk memantau keadaan ekonomi makro Indonesia dan lebih baik lagi jika kita bisa memahami kondisi ekonomi global, bagaimana keterkaitan satu variabel ekonomi dan variabel lain, apa pengaruhnya jika satu komoditas meningkat ke komoditas lainnya. Oleh karena itu Jangan tunggu lama lagi teman, karena seribu mil perjalanan itu dimulai dari satu langkah kecil dan biasanya kita memerlukan usaha yang lebih keras untuk menggerakan langkah awal tersebut karena pada saat yang bersamaan mungkin kita akan menunda kesenangan kita yang sekarang.

Dedicated to Mr. J cos the way u teach macro economic, makes me love it so much, Really.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline