Lihat ke Halaman Asli

Revolusi Mental

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI MENTAL

Agak berkerut kening saya ketika membaca Kompas tentang visi-misi Beliau jika nanti terpilih menjadi RI 1. REVOLUSI MENTAL! Apakah ini hanya permulaan saja? Atau sikap kehati-hatian Beliau untuk tidak terlalu muluk-muluk mengumbar visi-misi yang bombastis?Sepertinya Beliau berkaca dari pengalaman presiden sekarang yang sebentar lagi mengakhiri masa jabatannya dengan suasana yang tidak mengenakkan. Sebagaimana kita ketahui bersama hasil hitung cepat pemilu legislative yang baru saja dilalui, partaiSang Presiden hanya meraup 7%. Hasil ini jauh sekali dengan perolehan lima tahun ke belakang yang melampaui angka 20%. Ini semua adalah hukuman bagi Sang Presiden dan partainya yang telah mengabaikan dan membohongi amanatyang telah diberikan oleh rakyat.

Lima tahun ke belakang, Sang Presiden menggulirkan visi-misinya, yaitu akan memberantas habis korupsi yang sudah berurat-berakar di negeri yang subur makmur ini. Kita tentunya masih ingat dengan jargonnya yang sangat populer: “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI!”. Akibat dari kalimat tersebut sungguh luar biasa. Hampir seluruh penduduk negeri ini terbius dengan “kalimat sakti” tersebut. Dan akhirnya mempercayakan jabatan presiden kepadanya untuk kali kedua. Itu semua gara-gara: “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI!”.

Tapi apa yang terjadi? Seiring dengan berjalannya waktu orang-orang mulai sadar. Ternyata Sang Presiden tidak mampu membuktikan janjinya sewaktu kampanye dulu. Bukannya tambah surut penyakit korupsi ini, tapi sebaliknya malah tambah merajalela. Kualitas dan kuantitasnyasemakin beranak-pinak dan semakin canggih. Elit-elit politik dari partai Sang Presiden dan dari partai koalisinya bahkan dari partai yang memposisikan diri sebagai partai oposisi ternyata justru merekalah biangnya korupsi. Dan yang sangat menyakitkan adalah hukuman bagi mereka sangat-sangat tidak setimpal dengan akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan korupsi mereka.

Melihat betapa payahnya hukum di negeri ini dalam ‘memperlakukan’para pelaku korupsi, kadang suka terlintas pikiran jorok dalam benak saya.Betapa senang dan enaknya andai saya menjadi seorang koruptor di negeri tercinta ini . La iya! Mengapa tidak? Seorang koruptor di negeri ini cuma “dihargai” 2-4 tahun penjara. Didenda cuma ratusan juta rupiah. Sedangkan uang Negara yang sudah diambilnya mencapai puluhan milyar rupiah. Jadi kalau nanti si koruptor tersebut ‘pensiun’ dari penjara, dia masih punya simpanan uang milyaran rupiah, yang lebih dari mewah untuk membiayai sisa hidupnya sampai akhir hayatnya! Bahkan sisanya masih banyakuntuk dibagi-bagikan kepada anak-cucunya sampai tujuh turunan! Ironis, bukan?!! Tapi untungnya saya masih sadar dan waras. Sehingga tidak mau mewujudkan pikiran jorok tersebut. Lah…jelas sadar! Wong saya ini bukan PNS, bukan pejabat, juga bukan seorang pengusaha yang dekat dengan pusat kekuasaan! Sehingga tertutup kemungkinan untuk menjadi seorang koruptor. Alhamdulillah….

Kembali lagi pada awal pembicaraan mengenai REVOLUSI MENTAL. Beliau sepertinya pilih jalan yang aman. Beliau tidak mau nasibnya seperti Sang Presiden. Walaupun sudah dapat dipastikan Sang Presiden bakal meletakkan jabatannya dengan jalan yang normal, tapi tetap saja di mata rakyatbahwa Sang Presiden ini telah gagal dalam melaksanakan tugasnya. Nah…! Beliau tidak ingin seperti itu. Beliau ingin apabila terpilih menjadi RI 1 bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan apabila selesai masa tugasnya, rakyat dapat menghargai dan mengenang jasa-jasabeliau selama memimpin negeri ini.

Mengapa saya mengatakan bahwa REVOLUSI MENTALadalah pilihan yang aman bagi beliau? Ya, aman. Sebab saya pikir sangat sulit untuk mengukur tingkat keberhasilan dari Revolusi Mental ini. Coba bagaimana cara menilainya? Beda dengan upaya pemberantasan korupsi, atau pengentasan kemiskinan. Atau upaya pemerataan pembangunan, atau upaya meminimalisir bencana banjir. Itu semua fisik gampang mengukurnya. Kalau Revolusi Mental?

Mengutip pernyataan beliau yang dimuat harian Kompas:

"Kita ini kan selalu bicara mengenai fisik dan ekonomi. Padahal, kekurangan besar kita character building. Oleh sebab itu saya sebut revolusi mental," ujarnya di luar pagar rumah dinas, Jalan Taman Surapati 7 Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (26/4/2014) sore.

Menurut Jokowi, seorang pemimpin bukan hanya menjalankan proyek-proyek pembangunan fisik semata, melainkan mampu membangun pola pikir sekaligus karakter positif di masyarakat.

Jokowi mengatakan, percuma pembangunan fisik tanpa membangun pola pikir masyarakat. Masyarakat bisa hanya menjadi 'follower'.

"Kalau pemimpinnya bisa memberikan contoh, bisa menginspirasi supaya rakyat itu jangan terdorong untuk tidak pesimis. Itulah yang akan saya mulai kali ini," ujar mantan Wali Kota Surakarta.

Pemimpin yang mampu mengubah masyarakatnya menjadi positif, lanjut Jokowi, tak hadir pada pemimpin yang menggunakan cara-cara menyindir, menjelek-jelekan. Menurut Jokowi, pemimpin semacam itu tidak bakal memberikan harapan bagi masyarakat.

Saya setuju dengan pendapat beliau bahwa seorang pemimpin harus bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Sehingga nantinya masyarakat termotivasi untuk melakukan hal-hal yang positif sesuai yang dicontohkan oleh pemimpinnya. Tapi menurut saya itu saja tidak cukup. Karena jika hanyamengandalkan suri tauladan tanpa ada sarana yang menunjangnya sangat sulit untuk merubah kebiasaan yang buruk menjadi kebiasaan yang baik. Selain itu merubah mental masyarat yang sudah berurat-berakar tidak bisa dengan jalan revolusi. Perlu waktu yang lama dan proses yang pelan-pelan.

Sebagai contoh nyata adalah keadaan warga Jakarta sekarang ini. Selama kurang lebih dua tahun Beliau memimpin Jakarta, apakah ada perubahan yang nyata dari perilaku warga Jakarta? Semua orang tahu, bahwa Beliau telah memimpin Jakarta dengan sangat baik. Beliau begitu disayang oleh warganya. Karena Beliau tidak mengambil jarak. Beliau bersedia blusukan ke tempat-tempat yang kumuh, yang jorok, yang mustahil dapat dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa memang Beliau telah menjadi suri tauladan yang baik bagi warga Jakarta. Tapi sayangsuri tauladan yang baik yang telah diperlihatkan Beliau kepada warganya tidak cukup untuk merubah kebiasaan buruk sebagian besar warga Jakarta. Masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan. Masih banyak pengguna motordan mobil yang menyerobot jalur busway. Masih banyak pedagang k5 yang berjualan di bahu jalan. Dan masih banyak lagi kebiasaan buruk warga Jakarta yangsulit dirubah hanya dengan mengandalkan suri tauladan saja. Jadi menurut saya merubah mental masyarakat ke arah yang lebih baik memerlukan waktu yang cukup lama tidak bisa dengan cara revolusi dan tetap harus ada sarana penunjangnya. Contohnya adalah apabila ingin mengharapkan warga jangan membuang sampah sembarangan, maka pemerintah harus menyediakan tempat-tempat penampungan sampah sementara. Kemudian harus secara rutin petugas kebersihan mengangkut sampah dari penampungan sementara itu ke tempat pembuangan sampah akhir. Dan itu semua memerlukan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai. Artinya pembangunan fisik adalah mutlak diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, masyarakat yang sejahtera lahir dan batinnya.

Jadi menurut saya membangun Indonesia tidak bisa dengan cara REVOLUSI MENTAL! Membangun Indonesia minimal ada tiga yang harus dilakukan yaitu:

1.Suri tauladan yang baik dari para pemimpinnya;

2.Pembangunan fisik yang merata dari Sabang sampai Merauke; dan

3.Niat baik dari masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih positif

Saya berharap kepada beliau untuk lebih memaparkan visi-misinya yang lebih nyata, gamblang, dan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga saya lebih yakin lagi bahwa sebentar lagi bangsa Indonesia bakal mempunyai pemimpin yang dapat diharapkan dan bertanggungjawab . Semoga….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline