Ada kelebihan dan ada kekurangan. Pada umum nya setiap insan manusia memang memiliki talenta masing-masing. Namun tetap saja ada kekukurangan yang terdapat pada insan itu sendiri. Itulah sebabnya semua insan manusia harus menjadi makhluk sosial, dan hidup berdampingan. Dengan demikian kelebihan kita akan mengisi kekurangan orang lain, dan kelemahan kita diisi oleh partner lain. Banyak orang di dunia sangat lihai dalam merancang kata-kata. Menyusun sebuah naskah, syair, puisi, maupun pidato. Adalah orang nomor satu di negeri ini salah satu contoh insan yang sangat mumpuni dalam merancang kata-kata sampai berpidato. Didukung dengan speech control, emosional, dan mimik yang sangat mumpuni. Mungkin diantara kita sudah tidak jarang lagi menyimak pidato dari beliau. Mulai dari pembukaan sampai penutup, semua tersampaikan dengan sangat sistematis. Volume suara, tekanan intonasi, body language, sampai pada hal-hal kecil sekalipun sangat akurat. Bisa kita buktikan sendiri ketika beliau mendapat kesempatan untuk berpidato di forum-forum internasional, tidak jarang dihadiahi standing applause. Apabila kita menyimak, biasanya diawal bagian isi beliau menyampaikan sesuatu yang positif. Membawa dan mengarahkan emosional kita pada kondisi bangga dan senang. Kemudian akan disusul oleh ; "namun disisi lain kita masih perlu melakukan perbaikan dan koreksi ... " . Kita coba ingat sedikit tentang pernyataan beliau tentang insiden yang terjaid di Sukorejo. Didalam pernyataannya beliau menyampaikan dengat sangat jelas dan tegas apa yang menjadi pemikiran beliau. Memang itulah yang menjadi sebuah nilai tambah beliau, menyampaikan sesuatu dengan sangat baik. Jadi apakah kekurangan beliau? Bagi saya, kelebihan beliau merupakan sekaligus kekuranggan dan bumerang bagi dirinya sendiri. Setelah sekian kali menyimak pidato beliau, belakangan ini saya tidak begitu antusias lagi untuk menyimaknya. "Terlebih lagi dulu saya memilih orang nomor satu di PMI sekarang, untuk menjadi orang orang nomor satu di negeri ini" :) . It's just a speech! Kebenaran yang sudah tertancap dalam otak kiri saya, itu hanyalah sebuah pidato tanpa sebuah tindak lanjut. Kita tidak boleh berharap lebih apalagi sesuatu yang muluk-muluk, berhentilah berharap hal-hal seperti itu sebelum kita kecewa. Kita hanya sedang menunggu bom waktu, ketika suatu saat nanti itu meledak kita akan kecewa. Saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh pak Rizal Ramli akhir-akhir ini ; "Saya aneh banyak banget yang mau jadi presiden. Sadar tidak sih, SBY mewariskan bom waktu dalam bidang ekonomi". Yang sekarang ini sedang kita simak adalah bagian pembuka daripada isi pidato beliau, namum pada akhirnya nanti kita akan mendapati LEDAKAN BOM...! cheers, BMS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H