Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Pengobatan Tradisional Jepang

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1386554357908380049

Sejarah Ringkas TJM (Traditional Japanese Medicine)

Pengetahuan tentang akupunktur, moksibusi dan herba sampai ke Jepang pada tahun 562 M yang dibawa oleh seorang ahli pengobatan Cina yang bernama Zhicong (Chiso). Di tahun 701 M sistem pengobatan tradisional tersebut dilegalkan dan diregulasi oleh Kekaisaran Jepang.

Pada tahun 718 M berdirilah sekolah pengobatan pertama dimana pembelajaran akupunktur memakan waktu belajar selama 7 tahun, sedangkan pembelajaran pijat ‘anma’ memakan 3 tahun. Hingga pertengahan abad 9 pengobatan Cina berasimilasi dengan baik di Jepang sampai akhirnya ahli pengobatan tradisional Jepang mengembangkan tekniknya sendiri.

Di tahun 984 M, Kekaisaran Jepang memerintahkan Yasuyori Tamba untuk mengkompilasi dan mempublikasikan sebuah buku pengobatan tradisional dalam sebuah buku yang disebut ‘I Shim Po’. Lalu kemudian ilmu pengobatan mengalami pasang surut hingga abad ke 16 akibat kondisi sosial politik di Jepang.

Di akhir abad ke 17 ditemukanlah ‘Shinkan (insertion tube)’ oleh Waichi Sugiyama seorang akupunkturis buta (saat ini di Jepang sekitar 35-40% akupunkturis berlisensi adalah penyandang tuna netra). Shinkan sebagai alat bantu akupunktur menjadi begitu populer di Jepang, hingga Waichi Sugiyama disebut sebagai bapaknya akupunktur Jepang.

Selama periode Edo hingga restorasi Meiji (abad ke 18 hingga 19), pengobatan tradisional Jepang mengalami perubahan yang cukup dramatis, dimana ilmu pengobatan barat (western medicine) mulai mempengaruhi mendominasi aktivitas pelayanan kesehatan di seluruh Jepang. Tahun 1883 munculah dekrit bahwa pelayanan pengobatan termasuk pengobatan tradisional hanya boleh dilakukan oleh praktisi kesehatan yang telah menempuh ilmu pengobatan barat.

Namun demikian di tahun 1895 dekrit tersebut sedikit ‘dilonggarkan’, pelayanan akupunktur dan moksibusi boleh dilakukan oleh akupunkturis berlisensi tetapi pengobatan herba (kampo) tetap harus dilakukan oleh seorang dokter yang berpendidikan barat.

Setelah kalah di Perang Dunia ke 2 di tahun 1945, Jenderal Douglas McArthur melarang semua pengobatan tradisional di Jepang, namum hal ini mendapat protes keras dari para terapis tradisional Jepang terutama akupunkturis.

Untuk menengahi masalah ini, pemerintah Jepang akhirnya merancang pendidikan tinggi untuk pengobatan tradisional (setingkat Universitas) yang tentu saja kurikulumnya sangat dipengaruhi oleh pola pendidikan barat.

Selama 1400 tahun perkembangan pengobatan tradisional di Jepang seperti akupunktur, moksibusi, kampo, anma, shiatsu dan lainnya telah mengalami evolusi terutama teknik-teknik yang dikembangkan secara individu maupun secara bersama-sama.

Sumber bacaan :

Japanese Acupuncture. Stephen Birch & Junko Ida. Paradigm Publication. 1998.

Mudah2an Bermanfaat

Berikut beberapa jenis terapi di Jepang dan praktisinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline