Lihat ke Halaman Asli

BUDIAMIN

K5 ArtProject

Ketenangan Hati dan Kebersahajaan

Diperbarui: 3 November 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc. pribadi

Di era modern ini, di mana standar hidup terus meningkat dan ekspektasi semakin tinggi, banyak dari kita sering terjebak dalam pusaran ambisi yang membuat hati semakin jauh dari ketenangan. Kehidupan saat ini seolah memaksa kita untuk mengejar lebih banyak, memiliki lebih banyak, dan menjadi lebih dari yang kita bayangkan. Namun, semakin keras kita berlari, semakin mudah pula kita kehilangan arah dan tujuan yang sebenarnya: ketenangan hati. Dalam konteks ini, rasa syukur dan kebersahajaan bisa menjadi kunci untuk mencapai ketenangan yang langka tersebut.

Mengapa Rasa Syukur Memberi Ketenangan Hati ?

Rasa syukur adalah pengakuan bahwa apa yang kita miliki saat ini, sekecil apa pun, adalah hal yang berharga. Ketika kita bisa menerima dan mensyukuri apa yang ada, kita akan merasa cukup. Inilah salah satu rahasia ketenangan hati. Syukur menempatkan kita dalam posisi melihat hidup dari sisi yang lebih positif dan optimis. Daripada terus berfokus pada kekurangan dan apa yang belum kita capai, kita menjadi lebih sadar dan menghargai berkah yang telah ada di dalam hidup kita.

Di zaman di mana materi menjadi tolok ukur kebahagiaan, bersyukur adalah bentuk perlawanan terhadap keinginan yang tak pernah berujung. Alih-alih terjebak dalam hasrat untuk selalu memiliki lebih, kita belajar untuk menghargai hal-hal sederhana yang kerap terlupakan. Momen bersama keluarga, kesehatan yang baik, atau sekadar waktu santai di tengah kesibukan adalah berkah yang tak ternilai. Melalui rasa syukur, kita menyadari bahwa ketenangan hati bisa diraih tanpa harus menunggu semua keinginan terpenuhi.

Kebersahajaan dalam Hidup: Kembali ke Esensi

Kebersahajaan adalah tentang hidup dengan apa adanya, bukan dengan apa yang diinginkan orang lain untuk kita miliki. Ini adalah bentuk kesederhanaan yang menyadari batasan-batasan kebutuhan dan keinginan. Hidup secara bersahaja tidak berarti mengabaikan ambisi atau cita-cita, tetapi tentang menjalani hidup dengan cara yang lebih jujur dan tidak berlebihan. Dengan sikap sederhana, kita belajar bahwa kepuasan tidak berasal dari hal-hal besar yang kompleks, tetapi justru dari hal-hal kecil yang tulus dan alami.

Dalam kehidupan sehari-hari, kebersahajaan bisa berarti tidak merasa perlu menunjukkan pencapaian atau materi sebagai bukti kebahagiaan. Kita tidak harus mengikuti standar orang lain untuk merasa berharga. Sering kali, kita terjebak dalam kompetisi yang membuat kita merasa tidak pernah cukup. Namun, dengan hidup bersahaja, kita bisa membebaskan diri dari beban ini, menerima diri dan hidup kita dengan apa adanya. Dari sini, ketenangan hati perlahan akan tumbuh.

Syukur dan Kebersahajaan di Tengah Kehidupan Modern

Di tengah gempuran media sosial dan standar hidup yang semakin tinggi, rasa syukur dan kebersahajaan bisa terasa asing. Kita sering kali melihat hidup orang lain tampak sempurna, penuh dengan pencapaian dan materi yang mengilap. Tanpa disadari, hal ini bisa memicu rasa iri, minder, bahkan stres. Namun, di sinilah rasa syukur dan kebersahajaan memainkan peran penting.

Dengan bersyukur, kita tidak lagi membandingkan hidup kita dengan orang lain, melainkan fokus pada apa yang membuat kita merasa damai dan bahagia. Syukur membuat kita sadar bahwa kebahagiaan tidak harus selalu terlihat oleh orang lain; cukup dirasakan oleh diri sendiri. Di saat kita tidak lagi terikat pada pencapaian materi atau penilaian eksternal, kita akan merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan inilah yang membawa ketenangan hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline