Di sebuah warung kopi yang ramai di pinggir jalan, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal duduk berkumpul sambil menyeruput kopi. Masing-masing dari mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang kehidupan, terutama tentang kebahagiaan yang konon katanya berasal dari harta.
Suatu sore, Kobar memulai pembicaraan dengan serius. "Teman-teman, menurut kalian, banyak harta itu berarti bahagia, tidak sih? Aku sering mendengar orang bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan."
Kahar, si penggemar sinetron, langsung merespons. "Ah, Kobar! Lihat saja sinetron! Setiap kali ada orang kaya, mereka pasti bahagia dan dikelilingi cinta! Dan saat mereka kehilangan harta, drama dimulai. Itu artinya, harta itu penting untuk kebahagiaan!"
Badu, yang selalu melihat dari sisi realistis, menggelengkan kepala. "Kahar, jangan terpengaruh sinetron! Kenyataannya, banyak orang kaya yang tidak bahagia. Uang bisa memberikan kenyamanan, tapi tidak selalu kebahagiaan. Coba tanya orang-orang yang bekerja keras untuk mendapatkan uang, apakah mereka benar-benar bahagia?"
Rijal, si optimis, menimpali. "Tapi ada benarnya juga, Badu. Harta bisa memberi kita kebebasan untuk melakukan apa yang kita suka. Dengan uang, kita bisa berlibur, membeli makanan enak, atau bahkan membantu orang lain. Itu bisa bikin kita bahagia!"
Kobar merenung sejenak. "Mungkin kebahagiaan itu bukan hanya soal banyaknya harta, tapi juga bagaimana kita menggunakannya. Misalnya, jika kita bisa berbagi dengan yang membutuhkan, mungkin kita bisa merasakan kebahagiaan yang lebih dalam."
Kahar tersenyum lebar. "Nah, itu baru ide bagus! Kita bisa bikin acara amal, mengundang semua orang kaya dan meminta mereka menyumbangkan harta mereka. Dengan begitu, kita bisa bikin sinetron nyata tentang kebahagiaan!"
Badu berusaha menjelaskan. "Tapi, Kahar, tidak semua orang kaya mau berbagi. Banyak dari mereka yang hanya fokus pada diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Kebahagiaan tidak bisa dipaksakan. Kita harus menemukannya dari dalam diri kita."
Rijal mengangguk setuju. "Benar! Kebahagiaan itu juga bisa datang dari momen-momen kecil, seperti saat kita berkumpul di sini, bercerita, dan tertawa. Tidak perlu banyak harta untuk merasakannya."
Kobar mengangkat gelas kopinya. "Jadi, bagaimana kalau kita membuat perjanjian? Kita semua sepakat bahwa banyak harta tidak menjamin kebahagiaan. Kita akan mencari kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dan berbagi apa yang kita punya dengan orang lain."