Lihat ke Halaman Asli

BUDIAMIN

K5 ArtProject

Akar Masalah Kualitas Pendidikan yang Masih Rendah

Diperbarui: 21 Oktober 2024   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc. pribadi

Kualitas pendidikan di Indonesia adalah topik yang tak pernah sepi dibicarakan. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, hasilnya masih jauh dari harapan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sering kali menjadi sorotan, namun persoalan ini jauh lebih kompleks daripada sekadar perubahan kebijakan. Untuk memahami mengapa kualitas pendidikan kita masih rendah, kita perlu menggali akar masalah yang lebih dalam.

Pendidikan: Sebuah Investasi Jangka Panjang

Pendidikan bukan sekadar urusan sekolah, guru, dan siswa. Ia adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan perhatian, perencanaan, dan implementasi yang matang. Dalam konteks ini, kita perlu mempertanyakan kembali, apakah kita sudah menginvestasikan sumber daya kita dengan bijak?

Biaya pendidikan yang tinggi, terutama di daerah perkotaan, membuat banyak orang tua merasa tertekan. Sementara itu, di daerah pedesaan, fasilitas pendidikan sering kali minim. Sekolah-sekolah di pelosok sering kekurangan guru berkualitas, buku, dan alat bantu belajar. Di sinilah benang merah masalah mulai terlihat: ketidakmerataan dalam distribusi sumber daya pendidikan.

Kualitas Guru: Pilar Utama Pendidikan

Jika kita berbicara tentang kualitas pendidikan, tidak dapat dipisahkan dari kualitas guru. Sayangnya, banyak guru di Indonesia yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai. Guru-guru sering kali dihadapkan pada beban administratif yang berat, sehingga mereka tidak dapat fokus pada pengembangan keterampilan mengajar. Pelatihan yang tidak berkelanjutan membuat banyak guru tidak siap menghadapi tantangan pembelajaran di era digital saat ini.

Kualitas pengajaran yang bervariasi juga menjadi masalah. Dalam satu kelas, kita bisa menemukan pengajaran yang luar biasa, tetapi di kelas lain, mungkin akan menjumpai metode yang usang dan tidak relevan. Mengapa? Karena banyak guru yang terjebak dalam rutinitas, terpaksa mengikuti kurikulum tanpa memahami esensi dari pengajaran itu sendiri. Ini bukan hanya merugikan siswa, tetapi juga menciptakan kecemasan bagi guru yang ingin berinovasi namun tidak memiliki dukungan.

Kurikulum: Apakah Sesuai Kebutuhan?

Ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan juga dipicu oleh kurikulum yang terus berubah. Setiap kali terjadi pergantian menteri, biasanya akan ada kebijakan baru tentang kurikulum. Namun, perubahan ini sering kali tidak diiringi dengan pelatihan yang memadai bagi guru. Akibatnya, guru terpaksa belajar di lapangan, dan ini menciptakan kesenjangan antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang dibutuhkan di dunia nyata.

Siswa tidak hanya membutuhkan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis. Kurikulum yang terlalu fokus pada penghafalan dan ujian justru membatasi kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa. Di era globalisasi dan teknologi ini, kita membutuhkan generasi yang mampu beradaptasi dan berinovasi, bukan sekadar menjadi penghafal yang baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline