Lihat ke Halaman Asli

BUDIAMIN

K5 ArtProject

Menjaga Amarah di Antara Tawa

Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc. pribadi

Di sebuah desa yang tenang, di tengah hutan jati dan sawah hijau, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal berkumpul di warung kopi pinggir jalan. Hari itu, mereka sedang membahas topik penting: bagaimana cara menjaga amarah di tengah situasi yang serba bikin geram. Kobar, yang dikenal bijaksana, bersikap serius.

"Teman-teman," kata Kobar, sambil menyeruput kopi hitamnya, "kita perlu membahas cara menjaga amarah. Lihat saja, banyak orang yang mudah tersulut emosi sekarang ini. Mulai dari pertengkaran di media sosial hingga adu mulut di jalan raya."

Kahar, si penggoda, menimpali, "Betul, Kobar! Sepertinya amarah itu seperti harga diri kita: naik-turun tanpa alasan yang jelas! Bahkan bisa lebih mudah memicu emosi daripada memicu tawa. Lihat saja aku---setiap kali melihat ketidakadilan, amarahku langsung membara!"

Badu yang selalu optimis berkomentar, "Cobalah untuk berpikir positif! Mungkin kita bisa menggunakan amarah itu untuk hal yang lebih produktif, seperti berolahraga. Lihat, aku baru saja memecahkan rekor lari keliling desa sambil berteriak 'ayo, jangan marah!'"

Rijal, yang selalu mendengarkan, angkat bicara, "Tapi, bagaimana kita bisa mengendalikan amarah kita saat hal-hal kecil membuat kita sebal? Seperti saat kamu, Kahar, memutar lagu favoritmu dengan volume maksimal di tengah malam?"

Kahar dengan cepat menjawab, "Itu bukan salahku! Itu hanya tanda bahwa musikku terlalu bagus untuk didengar dengan pelan! Lagipula, saat marah, kita harus memilih untuk tersenyum daripada merusak malam orang lain."

Kobar mengangguk setuju. "Nah, itu dia! Salah satu cara untuk menjaga amarah adalah dengan berusaha menemukan humor dalam situasi yang membuat kita marah. Kita harus bisa menertawakan diri sendiri!"

Badu menimpali, "Seperti saat kita berdebat tentang siapa yang lebih baik dalam memasak? Padahal semua tahu, masakan kita sama-sama tidak layak jual! Aku ingat, waktu itu, kita semua sepakat: lebih baik makan nasi bungkus daripada merusak persahabatan karena urusan dapur!"

Semua tertawa, dan Rijal menambahkan, "Atau saat Kahar mencoba mengajariku cara menari, dan kita malah menari sambil tertawa, meskipun kaki kita seperti ditarik oleh magnet!"

"Lalu, apa yang harus kita lakukan jika marah pada seseorang?" tanya Kobar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline