Lihat ke Halaman Asli

BUDIAMIN

K5 ArtProject

Berani Karena Benar

Diperbarui: 16 Oktober 2024   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc. pribadi

Di sebuah desa kecil yang damai, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal sering berkumpul di warung kopi milik Bu Tini. Mereka adalah sahabat yang selalu berbagi cerita, tawa, dan kadang-kadang, perdebatan hangat. Suatu sore, saat matahari mulai terbenam, Kobar mengajukan topik yang menarik perhatian.

"Teman-teman, hari ini kita bicarakan tentang keberanian. Berani karena benar, menurut kalian gimana?" tanya Kobar sambil menyeduh kopi.

Kahar, yang dikenal sebagai pemikir kritis, langsung merespons. "Berani karena benar itu penting. Misalnya, saat kita melihat ketidakadilan, kita harus berani bersuara. Tapi, apakah semua orang berani?"

Badu, yang selalu optimis, menambahkan, "Tapi kadang-kadang, berani itu berisiko. Aku pernah berani bicara di depan kelas, dan guru langsung marah padaku. Padahal, aku hanya ingin mengatakan bahwa soal ulangan itu tidak adil!"

Rijal yang cenderung humoris, tertawa. "Ya, Badu. Itu karena kamu tidak bilang dengan cara yang benar! Kamu harusnya bilang, 'Pak, soal ini bikin kami pusing, jadi mohon revisi!'"

Kobar menggelengkan kepala. "Tapi kita harus berani untuk berbicara kebenaran, meskipun mungkin sulit. Seperti yang dilakukan Ibu Tini, ketika dia melawan penjual tanah nakal yang mencoba menipu desa kita!"

Kahar angkat bicara, "Iya, Ibu Tini benar-benar berani! Dia melapor ke kepala desa dan berhasil menghentikan penipuan itu. Kita harus belajar dari dia."

Badu bertanya, "Tapi, bagaimana jika kita sendiri berada dalam situasi sulit dan harus memilih antara kebenaran dan kenyamanan? Apa kita tetap harus berani?"

"Bagus sekali pertanyaanmu, Badu!" kata Rijal. "Misalnya, saat kita melihat teman berbuat salah. Apakah kita berani memberi tahu dia, meskipun itu bisa merusak persahabatan?"

Kobar berpikir sejenak. "Kita harus berani karena benar, meskipun sulit. Contohnya, ketika aku melihat Rijal mencuri sisa makanan di warung, aku harus bilang, 'Rijal, itu salah!'"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline