Di sebuah desa yang dikenal dengan kebun sayurnya yang subur dan masyarakatnya yang ramah, tinggal empat sahabat: Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di warung kopi sambil menikmati secangkir kopi dan gorengan. Suatu sore, mereka terlibat dalam perdebatan hangat.
"Teman-teman, apakah kalian tahu perbedaan antara pintar dan cerdas?" tanya Kobar dengan serius.
Kahar, yang selalu skeptis, menjawab, "Ya, tentu! Pintar itu seperti belajar banyak hal di sekolah, sedangkan cerdas itu bisa memecahkan masalah tanpa harus belajar."
Badu, yang biasa tidur siang di tengah percakapan, terbangun dan berkomentar, "Pintar itu bisa dapat nilai tinggi di ujian, sementara cerdas itu bisa mendapatkan makanan gratis dari tetangga tanpa minta!"
Rijal, yang optimis, tertawa. "Nah, sepertinya kita perlu membuktikan siapa di antara kita yang lebih pintar dan lebih cerdas! Bagaimana kalau kita mengadakan kompetisi?"
Kobar mengangguk antusias. "Baiklah, kita buat beberapa tantangan. Mari kita lihat siapa yang bisa membuktikan bahwa dia lebih pintar atau lebih cerdas!"
Mereka sepakat untuk mengadakan tiga tantangan: tantangan IQ, tantangan teka-teki, dan tantangan kebijaksanaan. Dengan semangat, mereka mulai merencanakan kompetisi ini.
Tantangan Pertama: IQ Test
Mereka sepakat untuk menggunakan buku teka-teki yang dijual di warung kopi. Kobar sebagai ketua juri, mengatur semua peserta untuk menyelesaikan soal IQ.
"Baiklah, siapa yang bisa menjawab soal ini terlebih dahulu?" tanya Kobar sambil membacakan soal.