Lihat ke Halaman Asli

BUDIAMIN

K5 ArtProject

Guru Kampung Mengajar dengan Gaya

Diperbarui: 11 Oktober 2024   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc. pribadi

Di sebuah desa kecil bernama Desa Harapan, hiduplah empat sahabat: Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal. Keempatnya dikenal sebagai pemuda yang humoris dan selalu menghabiskan waktu bersama di pos ronda. Namun, ada satu hal yang membuat mereka sering kali menggelengkan kepala: sosok guru kampung yang terkenal dengan metode pengajaran yang unik---yaitu, Pak Surya.

Pak Surya adalah guru SD di desa tersebut, dan bisa dibilang ia adalah "guru" paling terkenal se-Desa Harapan. Namun, bukan karena prestasinya mengajar, melainkan karena gayanya yang sangat konyol. Setiap kali mengajar, Pak Surya tidak pernah lupa untuk memakai topi besar berwarna cerah dan kacamata hitam yang membuatnya terlihat lebih mirip badut ketimbang guru.

"Eh, kalian ingat gak kemarin Pak Surya ngajarin anak-anak tentang matematika dengan lagu dangdut?" tanya Kobar sambil tertawa. "Siapa yang butuh rumus ketika bisa ngedance?"

Kahar menepuk lututnya. "Iya! Dia bilang, 'Kalau mau tahu 2 + 2, ayo kita goyang bareng!'. Dan anak-anak jadi bingung mana yang harus dihitung, gerakan atau angka!"

Badu menambahkan, "Dan yang paling lucu adalah saat dia ngajar bahasa Inggris. Dia nyanyiin lagu 'Twinkle, Twinkle, Little Star' dengan nada rock! Tiba-tiba anak-anak yang tadinya nyanyi bareng jadi pada bingung, 'Kok bintang bisa jadi heavy metal?'"

Rijal hanya tertawa melihat teman-temannya. "Tapi ya, di balik semua konyolnya itu, anak-anak jadi lebih antusias ke sekolah. Itu yang penting, kan?"

Kobar mengangguk. "Iya, betul. Mungkin Pak Surya berpikir, daripada ngantuk dengerin dia ceramah, lebih baik nyanyi-nyanyi sambil belajar."

Namun, tidak semua orang di desa sepakat dengan metode pengajaran Pak Surya. Beberapa orang tua merasa khawatir anak-anak mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Suatu hari, sekelompok orang tua berkumpul di balai desa untuk membahas masalah ini.

"Anak-anak kita jadi tidak fokus! Mereka lebih suka nyanyi dan joget daripada belajar," keluh Bu Rina, salah satu orang tua. "Kita perlu mencari guru yang lebih serius!"

"Setuju! Kita butuh guru yang bisa mengajarkan ilmu dengan cara yang lebih tradisional, bukan dengan joget-joget!" sahut Pak Darto, pemimpin kelompok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline