Lihat ke Halaman Asli

BUDIAMIN

K5 ArtProject

Mengapa Kita Makin Individualis?

Diperbarui: 11 Oktober 2024   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc. pribadi

Dunia modern telah membawa kemajuan yang luar biasa dalam banyak aspek kehidupan manusia. Teknologi, ilmu pengetahuan, dan ekonomi terus berkembang, memberikan kemudahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, di balik semua kemajuan ini, muncul satu fenomena sosial yang semakin terasa: meningkatnya sifat individualisme dalam masyarakat. Manusia semakin terisolasi dalam kehidupannya, lebih mementingkan diri sendiri daripada kebersamaan. Lalu, mengapa kita menjadi semakin individualis, dan apa dampak yang ditimbulkan dari fenomena ini?

Masyarakat Konsumerisme dan Materialisme

Salah satu faktor yang mendorong munculnya sifat individualis adalah konsumerisme dan materialisme yang merajai masyarakat modern. Iklan, media, dan budaya pop terus-menerus menekankan pentingnya kepemilikan barang-barang materi. Orang-orang dinilai berdasarkan apa yang mereka miliki, bukan siapa mereka. Hal ini memicu kecenderungan untuk berfokus pada pencapaian pribadi dan keuntungan materi, sehingga nilai-nilai kebersamaan dan kolektifitas mulai terpinggirkan.

Di bawah dominasi konsumerisme, kita terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi. Alih-alih bekerja sama atau membangun solidaritas dengan sesama, orang-orang lebih sibuk mengejar pencapaian pribadi, yang pada gilirannya mendorong perilaku individualis. Pencapaian yang diukur berdasarkan kepemilikan materi menciptakan tekanan sosial yang mengisolasi, karena fokus utamanya adalah "apa yang bisa aku dapatkan," bukan "apa yang bisa kita bangun bersama."

Teknologi yang Memisahkan daripada Menghubungkan

Kemajuan teknologi, yang seharusnya mempermudah komunikasi dan mempererat hubungan antarmanusia, justru sering kali menjadi penyebab utama meningkatnya individualisme. Media sosial, yang awalnya diciptakan untuk menghubungkan orang, kini lebih sering membuat orang semakin jauh satu sama lain. Kita bisa terhubung dengan ribuan orang dalam jaringan online kita, namun ironisnya, perasaan kesepian dan terisolasi semakin meluas.

Teknologi juga memudahkan kita untuk hidup dalam "gelembung" pribadi, di mana kita hanya berinteraksi dengan informasi, orang, atau kelompok yang sesuai dengan preferensi kita. Akibatnya, empati dan rasa kebersamaan menurun, karena kita lebih jarang terpapar oleh perspektif dan pengalaman orang lain di luar lingkup kita. Hubungan menjadi dangkal, pertemanan diukur dengan "like" dan "follow," sementara interaksi tatap muka semakin langka.

Budaya Kompetisi dan Tekanan Sosial

Masyarakat modern sangat menekankan pada kompetisi. Dari pendidikan hingga dunia kerja, kita diajarkan bahwa untuk berhasil, kita harus menjadi yang terbaik, bahkan jika itu berarti meninggalkan orang lain di belakang. Budaya kompetisi ini menciptakan mentalitas "aku versus mereka," yang pada akhirnya menimbulkan jarak emosional antara individu. Orang-orang cenderung lebih fokus pada pencapaian tujuan pribadi dan menilai kesuksesan berdasarkan ukuran-ukuran individu, seperti penghasilan, jabatan, atau popularitas.

Di bawah tekanan kompetisi ini, orang menjadi semakin egois dan tertutup, karena mereka merasa harus melindungi apa yang mereka miliki atau capai. Alih-alih berkolaborasi atau mendukung satu sama lain, kita lebih memilih untuk bersaing, yang pada akhirnya mengikis rasa kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline