Dinna,
kau adalah mentari pagi
yang menyelinap masuk
di sela tirai jendela,
menyentuh pipiku dengan lembut
seperti doa-doa di sela isak
yang kau ucapkan
di tiap subuh yang hening.
Kau adalah angin sepoi
yang membawa harum tanah
setelah hujan,
membangkitkan ingatan
tentang langkah-langkah kecil
di jalan-jalan yang dulu kita pijak
bersama,
mengiringi senyummu
yang menyimpan semua jawab.
Dalam pelukanmu,
aku menemukan rumah,