Di ambang pintu rumah
yang sudah pudar catnya,
kerinduan kami adalah debu
yang berterbangan di udara,
seperti bisikan lembut
yang menari dalam cahaya senja,
mencari tempat di antara kenangan.
Kami menunggu di meja makan
yang kosong,
tempat di mana suara tawa
terbawa angin,
seperti hidangan yang sudah dingin
dan tidak lagi mengisi ruang
di perut kami yang rindu.
Kau adalah cahaya
di jendela yang retak,
sebuah bintang
yang tenggelam di balik awan,
seperti foto lama
yang kehilangan warna,
menggenggam cerita
dalam bingkai waktu.
Saat malam turun,
kami mendengar bisikan
di antara sela-sela dinding,