Di balik senyum dan pidato megah,
ada rahasia yang kau simpan
di sela-sela gigi,
dalam bayang-bayang senja
yang tak pernah habis.
Kau pakai topeng,
berjalan di antara kami
dengan langkah berat
yang tak terdengar.
Kami mendengar suaramu,
gema janji yang berulang
seperti pantun lama
di bibir bocah desa.
Kau taburkan mimpi
dari balkon istana,
sementara kami tidur
di atap bocor
dengan selimut dingin.
Di depan kamera,
kau bicara tentang masa depan
dengan mata berkaca,
namun dalam kamar belakang
kau susun peta
dengan garis-garis yang tak terlihat,
membagi nasib
seperti pion dalam catur.
Kami bukan pion,