Lihat ke Halaman Asli

BUDIAMIN

K5 ArtProject

Kondisi Pendidikan dalam Globalisasi: Pendidikan Karakter yang Terlupakan

Diperbarui: 13 Agustus 2024   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc. pribadi

Di sektor akademis, di zaman globalisasi yang semakin maju, beberapa perubahan utama sedang berlangsung. Teknologi dan informasi telah menembus ke setiap aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Di antara semua perubahan ini, ada masalah utama yang semakin memanas: pendidikan karakter yang semakin terabaikan dan keberadaan guru yang semakin kurang dihormati.

Sepanjang masa, pengajaran karakter telah menjadi salah satu aspek utama dalam sistem pendidikan. Kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan sikap empati adalah pembelajaran rutin di sekolah dan diperkuat oleh lingkungan masyarakat serta keluarga. Namun, dengan lajunya proses globalisasi, pendidikan karakter sering kali terpinggirkan oleh tuntutan akademik dan pencapaian prestasi yang lebih diutamakan. Kurikulum saat ini cenderung memberikan lebih banyak perhatian pada hal-hal kognitif dan teknis, seperti keterampilan sains, matematika, dan bahasa, sementara nilai-nilai karakter semakin diabaikan. Pendidikan karakter sangat penting, bukan hanya dalam membentuk individu yang berkualitas, tetapi juga dalam membentuk masyarakat yang beradab dan damai. Tanpa pendidikan karakter yang baik, kita akan terancam oleh generasi yang mungkin cerdas secara intelektual, namun buruk budi dan akhlaknya. Ini tercermin dalam tingginya kasus perilaku tidak etis, seperti bullying, kecurangan, dan kelalaian di kalangan pelajar.

Guru, yang seharusnya menjadi tulang punggung pendidikan karakter, juga kehilangan pamor dan penghargaan di masyarakat. Guru di masa lalu dipandang sebagai seseorang yang otoritatif dengan moralitas yang tinggi. Mereka bukan saja mengajar mata pelajaran, tetapi juga membimbing dan mendidik siswa dalam nilai-nilai kehidupan. Namun, saat ini, posisi guru sering kali dipandang sebelah mata. Perkembangan teknologi dan informasi yang lebih canggih telah mempengaruhi cara siswa dan orang tua memahami peran guru. Guru tidak lagi digambarkan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Mereka hanyalah pemandu yang membantu siswa dalam eksplorasi pembelajaran mereka. Selain itu, tekanan dari orang tua yang lebih fokus pada pencapaian akademik sering kali mengabaikan peran guru dalam mendidik karakter. Kondisi ini berdampak negatif pada motivasi dan komitmen guru. Saat guru merasa tidak dihargai dan tidak dihormati, mereka mungkin kehilangan semangat untuk bekerja. Ini, secara alami, menurunkan kualitas pendidikan. Siswa yang tidak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari guru mereka akan tumbuh menjadi individu yang memiliki sedikit dasar moral yang kuat.

Masalah besar dalam pendidikan di era globalisasi ini memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Isu pendidikan karakter yang kian dilupakan dan hilangnya rasa hormat pada para guru berdampak langsung dan jangka panjang terhadap kualitas generasi mendatang. Untuk menangani situasi ini, dibutuhkan kesadaran dan tindakan bersama dari semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Pendidikan karakter harus kembali menjadi bagian utama dari kurikulum, dan para guru harus dihargai serta didukung dalam menjalankan perannya sebagai pendidik yang bertanggung jawab, tidak hanya dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam menanamkan nilai-nilai moral. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa generasi yang akan datang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan mampu menghadapi tantangan globalisasi dengan landasan moral yang kuat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline