Megutip dari Wikipedia tentang pengertian Guru, Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Seorang guru tentu harus memiliki keterampilan khusus demi pencapaian sebagai seorang profesional, hal ini dilihat dari tantangan di dunia pendidikan yang semakin pesat dan terus berkembang, guna mewujudkan pendidikan yang berkemajuan maka dibutuhkan tenaga profesional yang andal, kreatif, dan tentunya menguasai betul bidang yang ia ambil semasa kuliahnya di perguruan tinggi (fakultas keguruan).
Penulis sering kali berhadapan dengan beberapa guru dan peserta didik (murid), sesekali berdiskusi dengan mereka mengenai pendidikan yang berkemajuan. Tak sedikit dari mereka (red: guru) memiliki rasa optimistis mengenai Pendidikan di Indonesia terlepas dari fenomena yang akhir-akhir ini terjadi diberbagai tempat, seperti viralnya video seorang murid melawan guru, maraknya berita tentang gaji guru honorer yang hanya berkisar 200ribu perbulan. Hal ini tidak mematahkan semangatnya untuk terus mengabdi menjadi seorang guru yang kiranya akan selalu mencerahkan, mencerdaskan guna pendidikan yang berkemajuan.
Kita tentu masih Ingat saat bersekolah, baik di tingkat dasar hingga tingkat menengah. Dari sekian banyak guru yang pernah mengajarkan kita tentang ilmu dan pengetahuan, pastinya kita masih ingat dengan satu nama guru kita kala itu. Saya pernah mengamati kesehariannya, mulai dari kebiasaan beliau yang gemar membaca, menulis hingga berolahraga meski bukan seorang guru olahraga. Pernah disempatkan berdiskusi dengannya di sebuah kedai kopi di bilangan Jakarta. Diawali dengan pertanyaan yang sederhana, "Bagaimana kabar bapak?" dan jawaban yang luar biasa "Insha Allah kabar saya akan selalu baik selama masih bersama anak-anak penerus bangsa".
Diskusi ringan pun berjalan tanpa ada jarak antara seorang guru dan muridnya yang dulu pernah tidak mengerjakan PR. Selain bercerita tentang beberapa hal yang pernah kita lewati, sang guru mulai memberikan pertanyaan singkat "Apa porfesimu sekarang?", "saya sedang mendalami Edupreneur pak". Seperti kita ketahui bahwa istilah Edupreneur masih terdengar asing di telinga kita tetapi tidak baginya yang gemar membaca dan menulis ini, bahkan ia mencontohkan seorang pengusaha besar bernama Jack Ma, pada sebuah kesempatan mengatakan "Ingin Sukses Berbisnis? Jadi Guru Jawabnya".
Kita tahu Jack Ma adalah seorang pebisnis berkebangsaan Tionghoa, Dia merupakan pendiri sekaligus Chairman Eksekutif dari Alibaba Group, perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok. Dia merupakan warga China Daratan pertama yang pernah muncul di majalah Forbes dan terdaftar sebagai biliuner dunia. Pada 2015, ia masuk dalam daftar orang paling berpengaruh di dunia pada urutan ke-22. Wow, seketika saya semakin semangat berdiskusi dengan beliau (red: guruku).
"Profesi saya adalah seorang guru, setiap harinya memeiliki rutinitas yang sama dengan guru-guru lain se Dunia, bertemu tengan murid , memberikan ilmu pengetahuan dan seterusnya, tahun 2015 saya mulai merambah usaha tetapi tetap di dunia pendidikan, membuka lembaga kursus, menulis buku pembelajaran, menjadi seorang editor, bakhan saya pernah menjadi seorang Tour Guide wisatawan asing maupun lokal," tutur sang guru yang penuh inspiratif.
"Nak, Profesiku Guru, tetapi Jiwaku Entrepreneur". Makna yang saya pahami mengenai Entrepreneur berbeda dengan Pengusaha meski definisi yang sering kita jumpai adalah pengusaha ya entrepreneur. Ada makna lain yang saya dapatkan dari seorang alhi bersama Peter F Drucker mendefinisikan pengertian entrepreneur adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, bahasa kerennya ability to create the new and different.
Sosok guru yang ku kenal ini memang lulusan Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta, tetapi menurutku kemampuannya melebihin guru-guruku yang lulusan PTN di Indonesia, kemampuannya dalam membaca prospek dunia Pendidikan di Indonesia. Tak anyal hal ini saya tanyakan, "Apa yang membuat bapak yakin betul tentang Profesi dan Jiwa bapak?". "Saya kuliah di kampus yang tepat, Nak", tuturnya.
Sambil kemudian saya telusuri nama kampus guruku ini, ku dapati nama yang panjang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka atau FKIP UHAMKA yang familiaar dikalangan Pendidikan, bahkan FKIP UHAMKA memiliki Akreditasi rata-rata A disetiap program studi yang dimilikinya."Kenapa bapak bisa katakan bahwa bapak kuliah di kampus yang tepat?", "Ya, karena saya bukan hanya diajarkan tentang keilmuan yang saya ambil, ada pengetahuan tentang berwirausaha, wawasan keagamaan, berorganisasi dan banyak lagi, jika saya gambarkan tidak cukup waktu kita hari ini".
Wawasan saya bertambah hari ini, berdiskusi dengan guru terinspirasi saat ini mengantarkan saya pada sebuah kenyataan bahwa menjadi seorang guru tidak melulu melewati rutinitas yang basa-biasa saja, tentu kita harus mau menilai dengan hal yang berbeda, ia pun sepakat dengan kata "edupreneur" yang sedang saya jajaki saat ini, seorang guru yang merambah di dunia usaha tidak memanfaatkan lingkungan sekitar secara masiv, tetapi menjadikan lingkungan sekitar sebagai mitra, mitra dalam merancang usaha yang positif, tidak melulu berbicara keuntungan, tetapi lebih kepada seberapa manfaat usaha yang kita bangun bagi lingkungan sekitar. Mengutamakan profesinya sebagai guru, memberian kewajibannya kepada peserta didik bahkan bangsa dan negera lebih mulia dari pada menghitung sebuah kekayaan, guru dengan jiwa entrepreneur memang sangat dibutuhkan saat ini, selain bermanfaat bagi lingkungan sekitar, guru pun akan menjadi motivasi generasi milenial saat ini.