Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Cara Sederhana Hadapi Turun Omzet Dampak Melemahnya Daya Beli

Diperbarui: 17 Januari 2025   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngopi sambil berbincang tentang melemahnya daya beli (Gambar dibuat oleh Meta AI)

Melemahnya daya beli masyarakat merembet ke berbagai sektor. Dampaknya mengalir sampai jauh (dikutip dari lagu "Bengawan Solo").

SETELAH berjalan kaki, mengaso di lapak penganan sarapan adalah menguping perbincangan hangat antar pelanggan, selain menikmati hidangan. Bila merasa terhubung, bolehlah turut menimbrung. Saya mampir, beristirahat dan menyantap dua potong tempe. Terakhir, menyeruput kopi hitam seduh.

Bagian dari sebuah halaman rumah digunakan sebagai lapak penjualan penganan sarapan: nasi uduk, mi glosor, bihun goreng, lontong sayur, dan gorengan. Kopi seduh juga tersedia. Pembelinya merupakan tetangga, orang lewat, pengantar anak sekolah, dan sebagainya. 

Dua pembeli yang sudah lebih dulu datang sedang berbincang seru, tentang penurunan usaha pada belakangan ini. Mereka adalah tetangga dari penjual penganan sarapan.

Satu orang, bernama Ebed, bekerja sebagai freelance retailer atau salesman tak terikat dengan perusahaan tertentu. Ia memasok lampu LED ke toko dan warung-warung dengan wilayah jelajah Bogor hingga Sukabumi.

Ebed mengatakan, belakangan order dari pelanggan kian berkurang. Otomatis, jumlah penghasilan --yang diharapkan dari selisih harga-- turun, sementara ada kecenderungan harga kebutuhan naik.

Satu lagi bernama Apong, pengusaha percetakan yang mengontrak rumah di seberang lapak penganan sarapan. Bangunan bertingkat itu menjadi tempat tinggal sekaligus ruang kerja/pamer untuk design, printing, finishing.

Tempat kerja/pamer usaha percetakan Insan Creative (dokumen pribadi)

Menanggapi pernyataan Ebed, Apong mengatakan pengalaman serupa, bahwa omzet usahanya menurun sejak bulan Oktober lalu. Namun, ia masih memiliki pelanggan tetap, yaitu satu BUMN dan IPB Press. Cukuplah untuk menutup biaya produksi, gaji karyawan, biaya operasional, dan untuk biaya sehari-hari keluarga.

Saat sekarang belum ada sisa lebih untuk menambah saldo tabungan, bahkan cadangan dana untuk perbaikan mesin bila rusak ikut terkikis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline