Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Work, Life, Ibadah Balance: Sebuah Refleksi

Diperbarui: 23 Maret 2024   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pegawai sedang bekerja di kantor, gambar oleh Malachi Witt dari Pixabay

Bahasan worklife balance umumnya menyoroti perlunya menciptakan lingkungan seimbang, antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Work-Life-Ibadah Balance, apa artinya?

Tiga dekade lalu saya bekerja di sebuah perusahaan. Manajemen memberikan pekerjaan yang membuat saya sibuk, sangat sibuk, demikian sibuk sehingga mengabaikan hakikat work-life balance (saat itu istilah ini belum dikenal).

Pada bulan Ramadan juga tetap sibuk. Bekerja hingga malam, sehingga saya sering tidak ikut salat tarawih berjamaah.

Tidak semua amalan di bulan Ramadan dipenuhi. Bolong-bolong tadarus Alquran. Tidak sempat ikut I'tikaf di Masjid.

Waktu itu, puasa selama Ramadan hanya mendapat lapar dan hausnya saja.

Kenapa bisa begitu? Panjang bila diceritakan.

Kekacauan menyeimbangkan pekerjaan, kehidupan, dan ibadah di atas setidaknya menyangkut:

  • Buruknya pengelolaan waktu.
  • Jadwal kerja yang tidak fleksibel,.
  • Pihak manajemen yang kurang memerhatikan kebutuhan pegawai terhadap hubungan interpersonal (dengan keluarga, teman-teman).
  • Perusahaan kurang tanggap terhadap kebutuhan pribadi pegawai (hobi, pengembangan diri, dan lainnya).

Keadaan pekerjaan pada waktu itu bisa jadi sangat berbeda dengan sekarang. Generasi kini bisa bekerja secara hibrid.

Berikut saya sampaikan cara-cara ditempuh demi mencapai keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kegiatan ibadah di bulan Ramadan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline