Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Menanti Turunnya Harga Beras, Beban Sudah Berat Nih!

Diperbarui: 1 Maret 2024   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga antre beras di Operasi Pasar Beras dan Pasar Murah.(KOMPAS.COM/PUTRA PRIMA PERDANA)

Warga rela mengantre di operasi pasar murah beras, demi mengurangi tekanan pengeluaran rumah tangga (ePaper Kompas edisi 28/02/2024).

Artikel berjudul "Warga Incar Operasi Pasar, Buru Beras Murah" itu menyebut, harga beras selangit membuat warga di sejumlah daerah menyerbu operasi pasar murah yang digelar pemerintah.

Mereka rela antre demi mendapatkan beras dengan harga lebih murah dibanding dengan pasaran. Selisihnya sekitar Rp5.000 per kilogram.

Perbedaan itu tidak berarti bagi para pejabat, yang sembari melahap nasi dari beras premium paling mahal minta masyarakat agar makan ubi, singkong, dan sumber karbohidrat lain sebagai pengganti nasi. Tidak demikian bagi rakyat kebanyakan. Lima ribu per kg adalah jumlah besar.

Nilai itu semakin menambah tekanan dalam mengelola pengeluaran rumah tangga, setelah didera kenaikan harga komoditas lainnya. Beban hidup tambah berat.

Obrolan ringan dengan penjual penganan sarapan (nasi uduk, lontong sayur, gado-gado, gorengan) dan seorang pembeli pada pagi yang mendung mengungkap: kenaikan harga bahan pangan memberikan tekanan berat, yang pada saatnya akan menimbulkan kekacauan.

Bagaimana ceritanya?

Penjual mengeluhkan kenaikan harga bahan pangan, sementara ia menjual produk dengan harga tetap. Harga beras premium untuk bikin lontong Rp16.000 per liter (setara dengan Rp21.000 per kg).

Untuk nasi uduk bisa diakali dengan mencampur beras premium dan beras medium (harga Rp13.000 per liter ekuivalen Rp17.000 per kg). Harga bahan-bahan seperti cabai, telur, dan lainnya ikut-ikutan merangkak naik.

Sebelumnya ia membawa Rp300.000 untuk modal belanja, sekarang sedikitnya Rp400.000. Emak penjual nasi uduk terpaksa mengurangi keuntungan, tidak berani menaikkan harga barang dagangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline