Jakun naik turun kala membaca artikel karya Kompasianer Isti Yogiswandani, berjudul Soto kuali Daging Sapi Bu Titi: Cukup Rp 5 Ribu.
Sampai bermenung-menung membayang rasa segar, gurih, dan sedapnya kaldu soto. Maka satu keputusan saya buat. Niat sudah bulat.
Seperti biasa akhir pekan adalah waktu berjalan kaki. Jarak tempuh lebih jauh ketimbang perjalanan di hari kerja, eh, hari biasa.
Maka pada Sabtu baru lalu penjelajahan direncanakan berakhir di gerai penjual soto. Pulang bisa naik angkot atau ojol.
Pertanyaannya, soto apa?
Soto Bogor kuah bening atau kuning (bersantan) bisa dicari di kawasan Suryakencana. Pilihan yang digemari turis pemburu kuliner, tapi saya ogah antri demi perut kenyang.
Soto Ayam Madura? Ada beberapa di sekitar rumah. Itu bikin penjelajahan menjadi terlalu dekat.
Soto Lamongan enak dekat Toko Roti dan Restoran Bogor Permai buka malam. Saya tak bakal kuat menahan lapar sampai petang.
Ya sudah, pokoknya jalan. Bagaimana nanti. Seketemunya saja.
Petualangan mengarah ke utara. Keluar masuk gang menikmati suasana perkampungan padat. Pada satu titik berhenti di penjual penganan sederhana untuk sarapan buras isi oncom dan ketan bertabur serundeng.