Tanah Air menyimpan kekayaan kuliner tiada habisnya. Salah satunya adalah dendeng.
Olahan daging tipis yang tersohor adalah dendeng balado. Hidangan incaran pertama saat ke rumah makan Padang, kendati tidak semua menyediakannya.
Demikian pula dengan dendeng batokok. Ini satu masakan favorit. Beberapa kali ke Bandung, saya selalu menyempatkan diri mampir ke satu restoran di jalan Simpang, Dago. Dendeng batokoknya juara.
Pertama kali mengenal dendeng pada saat usia SD, kira-kira setengah abad yang lalu.
Berangkat dan pulang sekolah melalui deretan rumah yang pada halamannya terdapat daging-daging tipis sedang dijemur. Tidak diketahui, berapa hari kumpulan nyiru berisi daging itu diletakkan di bawah benderang matahari Kota Malang.
Daging tipis dilapisi gula, ketumbar, dan bumbu lainnya dengan rasa cenderung manis. Setelah digoreng, dendeng disantap bersama nasi putih hangat. Dijamin ingin nambah.
Dendeng ragi adalah satu model jenis berbeda. Macam mana pula olahan ini?
Kalau tidak salah lihat, dendeng ragi tersedia di rumah makan Pecel Madiun. Rasa-rasanya saya tidak pernah melihatnya di restoran lain. Atau, bisa jadi saya mainnya kurang jauh.
Semasa masih ada, Ibu saya kerap membuat dendeng ragi dari 1 kg daging sapi. Untuk persediaan lauk selama seminggu.
Daging sapi diolah bersama kelapa diparut kasar sampai cukup kering. Hidangan berwarna kuning kecokelatan itu dapat disimpan lama.