Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Matahari Membakar Mereka

Diperbarui: 22 Maret 2023   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto kemarau oleh Fabio Partenheimer dari Pexels

Aku merasakan matahari membakar.

Sebagian besar rumput meranggas. Tumbuhan berbatang keras dengan lingkaran tidak terlalu besar gagal menaungi tanah luas.

Daun kering. Gugur. Udara gersang mengambang.

Keringat datang berbondong-bondong. Memancar turun dari wajah-wajah manusia segala umur segala lapisan. Sebagian berduka. Sebagian bersuka. Sebagian berpura-pura.

Suasana pasar meramaikan lingkungan yang sehari-hari diisi sepi. Yang sesekali dihuni kicau burung pagi dan lolong anjing ketika temaram tiba.

Di beberapa sudut strategis mendadak muncul penjual makanan, minuman, dan kusuma. Orang-orang membuka lapak pada jalan masuk, lintasan keluar, gang yang dilewati pengunjung, dan tempat-tempat parkir.

Boleh jadi sebahagian dari pedagang, sebelumnya adalah ibu rumah tangga. Bisa juga pria pengangguran yang baru dipecat dari pabrik tahu atau baju yang ada di sekitar kawasan.

Kedatangan banyak wajah asing mendatangkan rezeki bagi warga setempat yang akrab dengan sepi. Mendatangkan senang bagi mereka yang terlanjur berada dalam sunyi nan gulita.

Rombongan kemudian berpencar. Masing-masing mencari tempat berdiam.

Berjingkat. Melompati sesuatu. Kesandung lalu terjerembap, sehingga celana dan baju ternoda tanah kering, bukan berlumur lumpur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline