Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Pilih Mana, Warung Nasi atau Restoran Cepat Saji?

Diperbarui: 9 Desember 2022   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Etalase sebuah warung nasi sederhana (dokumen pribadi)

Ia berhenti di depan etalase.

"Makan ini aja!"

"Gak jadi makan ciken di kaefsi?"

"Ini aja. Lebih menarik."

Putri sulung saya yang waktu itu belum lulus SD menunjuk ayam goreng, tumis buncis, sambal, dan lalap sebagai teman setengah piring nasi.

Sama-sama olahan ayam, tapi ia lebih memilih ayam goreng bumbu serundeng di warung nasi berpenampilan bersahaja, daripada deep fried chicken berbalut tepung olahan restoran waralaba tersohor.

Lebih memilih warteg (warung Tegal) atau warsun (warung Sunda) bukan berarti menolak makan di restoran amrik.

Bukan hal aneh juga sih. Namun dibanding sepupunya yang doyan makanan cepat saji, preferensi putri saya ya cukup mengherankan.

Anak laki-laki dari kerabat dekat itu terbiasa makan ciken seraya minum kola. Juga doyan burger, daripada tempe tahu pun olahan ikan. Apalagi masakan sayur, tidak bakal dilirik. Kebiasaan makan itu terbawa sampai dewasa.

Awalnya saya mengajarkan anak agar lebih menyukai hasil masakan domestik. Perut selalu terisi sebelum pergi dari rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline