Kota Bogor. Jumat pagi. Etalase warung Sumedang yang menyisip di halaman sebuah SD menahan langkah kaki. Selain masakan matang, tersedia gado-gado.
Takbutuh lama, penjual mengangsurkan sepiring gado-gado dengan tingkat kepedasan sedang.
Sedikit muncul tanya, kok ada warung di lingkungan sekolah? Ternyata yang berjualan adalah istri penjaga SD.
Tempat makannya bersih dan asri. Tanaman memayungi pembeli dan siapa saja yang sedang menunggu.
Tidak hanya ibu-ibu pengantar anak menjadi konsumen, orang umum yang hendak meredam pemberontakan di dalam perut juga mampir.
Dua orang, wanita berkerudung dan lelaki kurus, sudah lebih dulu menempati meja pojok. Pasangan tersebut tampak mesra, duduk berimpitan saling berbisik.
Ah, mereka bukan anak-anak. Mereka orang yang sudah sangat dewasa. Sejoli berusia matang yang masih tampak serasi.
Dengan penuh kasih, wanita berkacamata menyendok nasi dan mengulurkan ke bibir lelaki kurus. Sesuap demi sesuap.
Sang lelaki setelah mengunyah makanan, mengisap gulungan putih berisi tembakau. Lalu menghembuskan kabut. Bahagia sekali. Berkali-kali ia mengeluarkan asap putih seperti sepur kluthuk)*.