Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Pesona Jakarta, Andaikan Kelak Tidak Lagi sebagai Ibu Kota

Diperbarui: 24 Juni 2022   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kota Jakarta oleh katon765 dari pixabay.com

Jakarta adalah etalase raksasa yang menarik urban meraih peruntungan. Berkompetisi dengan kelompok indigenous. Berjaya atau sebaliknya: terpinggirkan.

Saya pernah tinggal dan mengadu nasib di Jakarta. Kemudian terpinggirkan, menepi mencari rezeki di kota kecil tak jauh dari ibukota.

Akhirnya, dalam waktu tertentu --ketika masih sehat---menjadi commuter, memenuhi skedul atau menyaksikan peristiwa penting. Semisal PRJ.

Pekan Raya Jakarta adalah satu perhelatan yang berkaitan dengan ulang tahun Jakarta. Maka bila punya waktu luang dan uang, saya menyempatkan diri untuk menikmati pameran berbagai produk dan aneka konser musik itu.

Sayangnya saat HUT 495 Jakarta saya tidak bisa menyaksikan Pekan Raya Jakarta (PRJ) ke-53. Perayaan yang secara resmi telah dibuka sejak tanggal 9 Juni 2022. Berakhir pada tanggal 17 Juli 2022. Pasti seru. 

Saya mengingat satu hal. Di lahan parkir hingga area dalam terdapat penjual kerak telor. Penganan macam mana itu?

Bentuknya bundar. Diameternya sekitar 20cm. Digulung menjadi silinder dan dibungkus dengan kertas nasi.

Foto kerak telor oleh Nicholas Ryan Aditya melalui kompas.com

Rasanya? Gurih, asin, sedikit terasa manis. Ketika digigit, ada kesan renyah, tapi empuk. Sulit menerangkannya. Sebaiknya Anda mencoba sendiri.

Kerak telor merupakan makanan khas masyarakat Betawi (penduduk asli Jakarta). Terbuat dari beras ketan putih, telur bebek atau ayam, udang kering (ebi).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline