Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Melawan Godaan Gorengan demi Kesehatan

Diperbarui: 12 April 2022   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneka gorengan, Kolak, gado-gado, buras, gulai nangka muda, urap (dokumen pribadi)

Bulan Ramadhan. Bakda asar. Kala ngabuburit, di sebagaian tepi jalan ramai pedagang takjil: kolak, es buah, kelapa muda, mi goreng, dan aneka gorengan.

Gorengan menjadi penganan paling diburu untuk teman berbuka dengan beragam bahan dan bentuk. Ada tempe berbalut terigu, oncom, kroket, risoles, bala-bala (bakwan), dan lainnya, sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing.

Pada hari biasa cukup membeli seperlunya. Pada bulan Ramadhan membeli gorengan se-nafsu-nya. Setelah waktu berbuka, gorengan tersisa. Mubazir.

Di beberapa wilayah, pada bulan puasa muncul gerai khusus menyediakan gorengan.  Pembelinya melimpah. Misal di Benhil, Jakarta Selatan. Atau kalau sempat ke Cibinong, mampirlah ke tukang gorengan di samping kantor Kodim Kabupaten Bogor.

Sebetulnya, di hari-hari selain hari untuk berpuasa wajib, gorengan tersedia di warung-warung penjual nasi uduk. Namun khusus selama bulan Ramadhan, persediaan gorengan lebih banyak lagi. Penjual gorengan dan takjil dadakan pun bermunculan.

Saya juga penggemar penganan gorengan, tapi sejak tiga tahun terakhir terpaksa menghentikan kegemaran tersebut. Tidak hanya itu, semua makanan digoreng dihindari.

Ada beberapa pantangan yang mesti dipatuhi. Itu tadi, tidak makan masakan digoreng atau ditumis. Juga santan dan makanan pemicu kolesterol. Tidak makan garam dan micin (kalau micin memang tidak suka dari dulu), dan mengurangi konsumsi gula berlebihan.

Alhasil, makanan disantap terasa hambar. Tapi lama-lama terbiasa juga, bisa merasakan rasa original dari bahan pangan tersebut. Alami tanpa rasa artifisial. Pengaturan kebiasaan makan makanan sehat tersebut berlangsung sampai hampir tiga tahun.

Beberapa bulan terakhir, saya merasa semakin sehat. Diet mulai berantakan. Dengan penuh percaya diri bertualang rasa:

  1. Mulai ngopi, meski tanpa gula.
  2. Ngebakso, ngemi-ayam, nyoto, yang semuanya tanpa dibubuhi micin, tapi ditambah sedikit garam.
  3. Dan, menjajal gorengan. Kesukaan saya adalah tempe, sehingga tempe berbalut terigu yang digoreng menjadi incaran.

Ditambah lagi dengan adanya Emak penjual nasi uduk di halaman rumah dalam sebulan terakhir. Selain nasi uduk, tersedia juga gado-gado, ketoprak, lontong bumbu, lontong sayur, bihun goreng, ketan serundeng, buras (lontong isi oncom), dan aneka gorengan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline