Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Negeri Represif

Diperbarui: 24 Februari 2022   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kopi, korek api, rokok (dokumen pribadi/dari laman FB Budi Susilo)

Horizon memerah. Surya terjerembap memeluk malam. Rudolfo datang menggebrak meja. Berujar gusar, "segala hal harus pakai BPJS. Dasar negeri represif!"

"Tenang. Tenangkan dulu dirimu Kisanak," Ferguso memindahkan gelas yang kopinya berguncang-guncang.

"Bagaimana bisa tenang? Ngurus kelakuan baik saja harus melampirkan BPJS."

"Maksudmu, SKCK (singkatan dari: Surat Keterangan Catatan Kepolisian-pen)?"

"Ya. Itu. Sekarang, semua urusan disyaratkan melampirkan BPJS Kesehatan aktif. Padahal sudah lama aku menunggak iuran."

Rudolfo merogoh kantong celana, mengeluarkan hard-pack terbuat dari karton. Menarik ujung pita merah sehingga plastik pada bagian kepala kotak sontak robek. Membuka tutup.

Ujung silinder putih dijepit di antara bibir menghitam. Sementara bagian lain dibakar menggunakan korek api yang tergeletak di atas etalase.

Bersamaan dengan isapan kuat, bara api memerah. Pemantik plastik berwarna biru transparan otomatis masuk ke dalam kantong celana. 

"Eit, kembalikan! Enak aja main serobot. Pantes korek api aye sering ilang," mata mpok Yumi pemilik warung melompat.

Rudolfo menggerutu, "pokoknya semua urusan pelayanan umum. Termasuk juga dalam syarat jual beli tanah. Bikin susah bagi kita yang tidak mampu membayar iuran. Dasar negeri represif."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline