Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Tentang Ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru 2021

Diperbarui: 24 Desember 2021   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi oleh LaSu1923 dari pixabay.com

Tidak diketahui persis awal mula timbulnya polemik di ruang publik, tentang larangan bagi muslim mengucapkan "Selamat Natal" dengan yang membolehkannya.

Berhubung saya tidak hendak membincangkannya lebih jauh, ada baiknya sidang pembaca menelaah lebih lanjut pro kontra di kalangan ulama ihwal "Ucapan selamat Natal" di sini.

Dari kecil saya selalu berada di lingkungan puspawarna, baik dalam kehidupan bermasyarakat, sekolah, maupun bekerja. Maka sehari-hari terbiasa berhadapan dengan berbagai suku, agama, dan kebiasaan.

Pendahulu dan orang tua mencontohkan tata cara berinteraksi dengan tetangga. Bukan dengan memahat ruang-ruang bersekat yang melarang berkomunikasi dengan tetangga beda agama. Demikian pula di sekolah.

Maka menjadi hal lumrah ketika memberikan komplimen kepada tetangga/rekan beda agama dengan mengucapkan selamat dan bersilaturahmi.

Ketika merayakan Hari Raya Idul Fitri, kepada tetangga beda agama kami mengantar rantangan berisi: ketupat, rendang, opor, sayur. Demikian sebaliknya, mereka akan berbagi kesenangan ketika merayakan hari keagamaan masing-masing.

Kebiasaan-kebiasaan yang kemudian terbawa sampai dewasa. Sampai berinteraksi dengan kolega beda agama di tempat kerja.

Tiada kegalauan ihwal ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru. Sampai saat itu.

Hingga muncul, entah kapan, silang pendapat di antara para ulama. Malahan di kalangan masing-masing kubu tumbuh perdebatan yang kian hangat. 

Pusing pala Barbie!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline