Memutar ulang film kehidupan, banyak kenangan di sekitar pekerjaan Asisten Rumah Tangga (ART) bergulung. Campur aduk. Manis, asam, kadang pahit. Di antaranya ada kenangan mengharukan yang tak terlupakan.
Proses awal mencari ART merupakan seni mengesankan, juga mengesalkan. Bayangkan. Capek-capek blusukan ke pucuk gunung, ART diperoleh hanya menetap selama sebulan. Dari yayasan, bertahan tidak terlalu lama.
Barangkali yang agak mendingan adalah ART diperoleh dari perantara yang dikenal. Ia cenderung berkelakuan baik, memerhatikan hubungan dengan sang perantara yang biasanya kerabat dekatnya. Perantara pun mereferensikan tenaga kerja tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Pengalaman saya sih begitu.
Ada yang meskipun masih muda, cara kerjanya sangat baik. Bertahan sampai dengan dipinang oleh pria beruntung. Ada yang sudah sangat dewasa, rajin bersih-bersih, dan pandai memasak. Macam-macam.
ART paling mengesankan adalah Mbak Hesti. Dikenalkan oleh seorang perantara terpercaya. Gadis muda itu berpenampilan bersih, menarik dengan tutur kata lembut.
Wanita santun tersebut diperlukan, mengingat keluarga muda kami sedang berkonsentrasi penuh merawat putri yang masih kecil. Di samping kesibukan kerja. Seyogianya ada orang lain mengambil alih tugas bersih-bersih, memasak, dan tugas-tugas rumah tangga lainnya.
Dalam perjalanan, ternyata ia pandai mengasuh batita. Hal ini diketahui saat istri kepayahan.
Dengan gesit ia menggendongnya. Mengasuh dan menyuapi. Ia pun kerap mengajak putri saya jalan-jalan. Hubungannya dengan Mbak Hesti demikian akrab.
Kemudian diketahui, Mbak Hesti pernah mengenyam pelatihan merawat anak. Selain itu, caranya memperlakukan anak menunjukkan pengalaman cukup.