Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Akhirnya Rudolfo Berhenti Merokok Kretek

Diperbarui: 12 Oktober 2021   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi oleh Sammy-Williams dari pixabay.com

Kegemaran Rudolfo terhadap rokok kretek amat kuat. Tidak tergoyahkan oleh pendapat siapa saja, atau peringatan apa saja. Berbagai saran cara berhenti merokok, tidak mempan.

Kerabat, sahabat, dokter, psikiater, psikolog tidak mampu melepaskannya dari ketergantungan. Ancaman rokok sebagai penyebab paru-paru gosong, juga kenyataan bahwa merokok kretek dapat membuat celana bolong-bolong terpercik api, tidak mampu menggeser setitik pun keyakinan Rudolfo.

Selayak kereta api uap, rokok kretek menyala senantiasa nyelip di antara dua lembar bibir. Asap putih berembus-embus menembus angan-angan.

Bahkan saat tertidur, jari jemarinya menjepit sebatang rokok. Tentunya tidak berapi. Tembakau bergulung itu membakar mimpi-mimpinya.

Bukan tidak mengenal informasi mengenai bahayanya. Atau efek negatif dari nikotin terkandung di dalam tembakau, yang dituduh sebagai penyebab kecanduan. Rudolfo terlalu pintar untuk tidak mengetahuinya. Ia sangat mengerti bahwa nikotin memicu radang paru-paru, jantung, kanker, sampai kematian.

Alkisah nikotin mengaktifkan saraf untuk menghasilkan dopamin, sintesis kimia pengusung rasa gembira, senang, motivasi, dan percaya diri. Sebuah efek ketagihan yang dirindukan oleh pecinta rokok.

Pada silinder kertas berisi campuran tembakau, saus, dan cengkih itulah Rudolfo menemukan kebahagiaan. Suara ‘kretek-kretek” pembawa keteguhan hati berbalut optimisme menghadapi ruwetnya hidup.

Ekstasi yang tidak ditemukannya pada rokok putih.

***

“Isinya bukan tembakau asli! Tidak ada aroma rempah pemikat yang dulu mampu mengundang dunia datang ke Nusantara. Malahan, sekarang dunia membawa rajangan kertas serasa tembakau. Bahan kimia tanpa saus. Hilang pula suara kretek-kretek nan merangsang.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline